Kebudayaan merupakan seni dari kehidupan peran dan fungsi yang sangat sentral dan mendasar menjadikan kebudayaan menjadi landasan kehidupan berbangsa dan bernegara. Hasil dari kebudayaan ini melahirkan nilai-nilai luhur kearifan lokal yang dihidupi secara bersama dan secara turun-temurun.
Perkembangan budaya menyesuaikan perilaku manusia dari sisi biologis melahirkan pola bertahan hidup yang berbeda-beda di setiap lingkungan. Produknya bisa berupa tradisi dalam pernikahan, kelahiran, kematian, kuliner budidaya, properti, pernak-pernik dan lainnya.
Ipan Zulfikri Ketua Relawan TIK Kota Tasikmalaya mengatakan, dari sisi sosial menjadikan pola perilaku komunikasi berbeda-beda di setiap kultur sosial. Namun pada hakekatnya tetap menjunjung tinggi tata krama di lingkungannya. Produknya melahirkan adat istiadat hukum, politik, pagelaran karya sastra, pepatah-pepatah dan lainnya.
Dengan adanya internet informasi digital semakin tidak terbendung tidak jarang pemula menjadi terpengaruh dan mudah percaya pada informasi yang baru. Sehingga perilaku dan adat istiadatnya berubah.
“Ini yang sangat berbahaya termasuk mungkin anak-anak kita yang sebagai pendatang di dunia digital. Akibat pandemi mereka dipaksa masuk untuk beraktivitas di ruang digital. Tapi apabila tidak ada filter atau bimbingan nanti dianggapnya hal-hal yang ada di internet itu merupakan kebudayaan baru mereka. Seakan bisa mereka contoh pada sebenarnya itu hanya bagian dari selingan yang bukan untuk ditiru atau menjadi bagian dari budaya kita,” jelasnya dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (28/9/2021).
Di antara cara mempromosikan budaya dari kepribadian, gunakan tata krama dalam mengisi atau merespon konten sebagai wujud bahwa kita warga negara yang punya kebudayaan yang bermoral.
“Pengguna media harus membuat, resfektif yakni menggali potensi budaya yang bisa dipromosikan manfaatkan informasi terbaru supaya mengikuti selera pasar,” ujarnya.
Melakukan propaganda dengan membuat konten-konten budaya di media sosial dan website sehingga bisa mempengaruhi orang untuk belajar bangga dan melestarikan kebudayaan Indonesia. Terakhir, regenarasi ciptakan generasi baru yang paham akan budaya supaya budaya asli Indonesia tidak terlibat oleh budaya lain.
Webinar juga menghadirkan pembicara Billy Kwanda (Digital Marketing Specialist), Didin Miftahudin (Founder Gmath Pro), Khanti paramita (Owner Khanti’s Beauty), dan Clarissa Darwin sebagai Key Opinion Leader.