Sebuah peradaban hadir karena adanya tulisan. Buku-buku yang ditulis saat ini sebenarnya pun ditujukan untuk peradaban masa yang akan datang. Buku memang mengalami banyak tantangan di era digital. Permasalahan saat ini, minat baca tulis masyarakat di era digital ini sangat menurun karena mereka lebih banyak atau lebih senang melihat visual seperti video.
“Kita memang sudah keluar dari buta huruf tapi kita masih buta membaca. Kurang yang membaca ini juga ada kaitannya dengan banyaknya hoaks yang beredar karena malas membaca informasi yang ada,” ungkap Yusep Maulana, Technopreneur dan penulis buku dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat, Senin (04/10/2021).
Tidak banyaknya penulis buku juga menjadi tantangan selanjutnya. Sebab, pada era transformasi digital ini membuat masyarakat atau generasi muda sekarang lebih senang membuat konten di media sosial, ketimbang menjadi penulis.
“Saya bisa merasakan perbedaan dari karya-karya ini. Bagaimana konten di media sosial jika viral berlalu begitu saja, ada jangka waktunya. Tetapi kalau buku itu dinikmati oleh pembaca kita. Bahkan bisa meledak beberapa waktu. Misalnya hari ini buku keluar 100 besok-besok pun tidak jauh dari segitu. Berapa tahun lagi bisa banyak lagi. Jadi menurut saya hal yang sangat menarik saat ini adalah menulis buku,” cerita Yusep yang berpengalaman 10 tahun menjadi penulis dan beberapa tahun terakhir menjadi konten kreator di beberapa media sosial.
Karena kekurangan penulis buku saat ini sehingga masyarakat menjadi bingung waktu luang mereka hanya dapat dimanfaatkan internet untuk mengisi waktu tersebut. Ditambah kurangnya buku juga membuat kurangnya referensi untuk masyarakat.
Tapi kita tidak bisa pungkiri dunia digital pun memberi keuntungan. Semakin banyak platform market karya tulis, misalnya Playbook. Dia mengatakan, satu hari pembaca bisa mencapai 500-1000 orang.
Jika setiap tahun di Indonesia semakin banyak media cetak yang tutup tapi dunia pembukuan terus meningkat. Sekarang penjualan di toko buku juga mungkin turun tapi penjualan buku tetap meningkat karena banyak orang membeli lewat online. Yusep meyakinkan harus menjadi penulis saat ini karena penulis itu profesi yang abadi dan banyak ditekuni hingga kini.
“Makanya kita harus perlu belajar dan mencoba menjadi penulis karena setiap manusia terlahir dengan kemampuan untuk menulis, berkemampuan seni merangkai kata menjadi kalimat kalimat bermakna bukan hal yang mustahil untuk dilakukan,” tutur Co-founder aplikasi Terbit Buku ini.
Dengan menulis kita ikut serta dalam perkembangan literasi Indonesia dan memiliki budaya berbagi ilmu. Tentu penulis juga merupakan salah satu profesi yang menjanjikan.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat, Senin (04/10/2021) juga menghadirkan pembicara, Rinda Cahyana (RTIK Indonesia), Ronal Tuhatu (Psikolog), Ismita Saputri (founder Kainzen Room), Tresna Wulandari sebagai Key Opinion Leader.