Etika dan etiket, kedua hal ini saling bersinggungan. Sebenarnya substansi dari etika dan etiket tidak perlu dipermasalahkan perbedaannya. Di dalam dunia digital ada yang disebut juga dengan etika digital yang lahir dari etika. Sedangkan, etiket ada istilahnya yakni netiket sama juga yang berkaitan dengan bagaimana berperilaku dalam dunia internet.
Jika etika menetapkan norma perbuatan apakah boleh atau tidak boleh, maka etiket menetapkan cara melakukan perbuatan sehingga dia menunjukkan bagaimana cara yang tepat, baik atau kurang baik sesuai yang diharapkan.
“Jika etika berlaku ada tidaknya orang lain sementara etiket berlaku dalam pergaulan. Etika bersifat absolut sedangkan etiket bersifat relatif. etika juga memandang manusia dari segi dalam atau batiniah dan etiket itu memandang manusia dari segi luar atau lahir perbuatan juga perkataan,” jelas Faizal Arifin, Tenaga Kependidikan di Unsika dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Rabu (06/10/2021).
Dia mengutip filsafat Immanuel Kant, dalam hukum seseorang bersalah jika dia melanggar hak-hak orang lain sedangkan dalam etika seseorang sudah dianggap bersalah saat dia berpikir kalau dia sudah melanggar orang lain. Hal ini memberikan makna yang jauh lebih kompleks, bagaimana kemudian etika itu menjadi penghalang untuk kita berbuat sesuatu yang tidak benar atau tidak diperbolehkan.
Beberapa jenis etika di dalam kehidupan sehari-hari seperti etika berteman, etika profesi, etika rumah tangga dan etika bisnis. Saat berteman kita sebaiknya saling menjaga privasi, saling jujur, menjadi pendengar yang baik, mau apresiasi setiap langkah yang dilakukan oleh teman kita. Tulus membantu saat teman kesusahan dan lain sebagainya.
Dalam rumah tangga pun kita juga memiliki etika dengan pasangan, saling menghargai dan menghormati memanjakan, menunjukkan rasa bahagia dan kasih sayang bertanggung jawab dan lainnya. Dalam etika profesional kita harus bertanggung jawab, adil dengan semua pegawai, otonomi atau mengerjakan tugas sesuai kemampuan atau keahlian, memiliki integritas moral.
“Etika profesi ini dijadikan sebagai alat kontrol dan sesuatu untuk mencegah intervensi satu sama lain. Begitu juga saat melakukan bisnis, harus integritas, loyalitas pastinya kejujuran itu sangat dibutuhkan dalam berbisnis. Menghormati dan juga peduli dengan sesama rekan bisnis,” ujarnya.
Transformasi sosial budaya juga akhirnya terjadi sehingga banyak yang berubah dalam hidup kita seperti membaca buku berbelanja belajar bekerja bersosialisasi. Hal-hal yang lebih kompleks pun mulai ada perbedaan antara cyberspace dan real world. Di mana sebenarnya kedua dunia ini saling bersinggungan oleh karena itulah kita harus tetap menganggap baik di dunia nyata dan maya.
Norma yang ada di dunia nyata juga sama dengan norma di dunia maya. Bayangkan jika anak-anak, adik-adik kita, putra putri terbaik negeri ini harus terus-menerus menonton konten negatif. Apakah di masa depan keburukan akan dianggap sebagai sesuatu yang biasa bahkan dianggap baik?
Maka inilah tugas kita bersama untuk memproduksi konten positif dan juga berbuat di ruang digital sesuai dengan etika yang baik. Agar kelak anak-anak kita mengikuti langkah kita dan juga mengkonsumsi informasi yang baik.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Zacky Badrudin (Founder Visquares), Chairi Ibrahim (Digital Marketing Consultant), Febi Kurniawan (Korprodi PJKR Unsika), dan Yumna Aisyah sebagai Key Opinion Leader.