Budaya digital merupakan prasyarat dalam transformasi digital yang terjadi. Dengan semua serba digital memang terasa lebih instan, transparan tetapi ada beberapa sisi negatif yang kita harus paham sehingga kita harus bijak menggunakannya.
Indra Ilham Riadi seorang digital marketer berbagi beberapa era dalam abad 21 dan membandingkan dengan era sekarang.
Di awal abad 21 ada era sentralisasi, dimana mengacu pada satu sumber. Ketika seseorang mengkonsumsi sumber itu tentunya sangat minim adanya berita bohong. Karena di zaman dulu, zaman para baby boomers semua orang itu tertuju pada satu sumber untuk menyerap informasi seperti TV, radio koran atau majalah.
“Komunikasi atau sumber informasi yang ditampilkan benar-benar melewati beberapa lapisan atau filterisasi yang cukup panjang untuk akhirnya dipublikasikan. Di era itu paling efektif strategi yang digunakan adalah agitasi yakni dengan cara ajakan,” jelas Indra saat menjadi pembicara dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (11/10/2021).
Lalu masuk dalam milenial tahun 1980-1990 dan tahun 2000-an sudah masuk desentralisasi. Cara mengajak dan bergerak, sesuatu yang kita lihat iklan di TV, dengar di radio dan kita baca di koran. Ketika kita pergi ke mal atau tempat rekreasi ada SPG yang mengajak kita untuk mencoba atau menambah pengalaman. Maka disebut dengan mengajak dan bergerak atau era provokasi.
Kalau sekarang kita sedang berada di era distribusi dimana kita terhubung satu sama lain. Era di mana semua bisa melihat satu sama lain, terkoneksi tidak ada yang ditutup-tutupi.
“Tidak ada yang bisa lagi dibohongi tetapi di lain sisi ini juga memberikan turning back yang cukup fatal. Jika, kita tidak pintar menjadi warga digital yang baik. Kalau kita menelan bulat-bulat informasi yang tidak kita ketahui sumber dari mana, tidak jelas seperti apa, tidak jelas hak ciptanya seperti apa. Jika kita sudah mempublikasikannya berarti kita sudah berkontribusi untuk penyebaran dampak negatif,” ungkapnya.
Untuk itu bisa dibilang era digital saat ini merupakan era propaganda. Masa dimana mempengaruhi atau dipengaruhi. Misalnya yang tadinya kita memiliki persepsi yang baik terhadap seseorang dalam hitungan menit bisa langsung berubah. Jadi kita kini dapat mengalami mis-informasi atau terpengaruhi hoaks yang memutarbalikan fakta dalam hitungan waktu kita dapat memiliki persepsi yang berbeda terhadap sesuatu.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Idul Futra (Owner Maddam Lim), Muhammad Miftahul Nadzir (Relawan TIK Indonesia), Asep Suhendar (Kreator Konten), dan Gabriela Citra sebagai Key Opinion Leader.