Deloitte sebuah jaringan penyedia jasa profesional multinasional menyebut Industri digital ekonomi Indonesia bersiap tumbuh menjadi USD133 juta dalam lima tahun kedepan. World Bank memprediksi Indonesia menjadi pusat ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada 2030 dengan kebutuhan sekitar 9 juta talent yang paham akan digital skills.
“Saatnya sekarang kita menambah ilmu-ilmu yang relevan agar bisa mengambil peluang di era digital ekonomi,” kata Dee Rahma, seorang Digital Marketing Strategist saat webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Selasa (12/10/2021).
Dia mengatakan, di balik segala peluang dari digital ekonomi tersebut ada tantangan karena ketersediaan suplly talent digital digital masih perlu ditingkatkan, untuk menekan kesenjangan keterampilan. Sebabnya dengan kebutuhan talent yang masif nantinya, sejak sekarang masyarakat sudah harus menambah digital skill tak hanya untuk browsing saja namun keterampilan digital tingkat lanjut.
Kebutuhan mendesak peningkatan digital skills saat transformasi bukan lagi menjadi pilihan namun skillset yang wajib dikuasai. Dimulai dari digital skills yang dasar seperti kemampuan literasi digital berupa kemampuan kreatif, kritis, paham etika, dan keamanan digital. Kemudian berlanjut di fungsional skills yaitu mahir menggunakan perangkat digital, melakukan kolaborasi virtual. Berlanjut ke specialist digital skills ada kemampuan digital marketing, Artificial Intelligence (AI), machine learning, big data analytics, blockchain, dan cyber security.
“Digital skills di abad 21 bukan hanya menyangkut pengetahuan, keterampilan, tapi juga work habit attitude,” kata Dee lagi.
Di Webinar Hadir pula nara sumber seperti Ana Agustin, Managing Partner di Indonesia Global Lawfirm, Tifany Eugene, Senior Human Capital Character Management Consultant at Power Character, Eko Ariesta, Founder & CEO Enterpro.id serta Louiss Regi, seorang Content Creator.