Orang Indonesia memiliki budaya yang sangat tinggi. Gaya interaksi saat ini di masa pandemi menghadirkan kebiasaan dan budaya baru, seperti penggunaan media sosial secara masif, berbelanja online, hingga sekolah dan bekerja secara online.
“Kegiatan ini harus kita sikapi dan hadapi. Suka tidak suka, internet masuk ke dalam ranah kehidupan kita,” ujar Esa Firmansyah, Relawan TIK Indonesia, Kepala LPPM Fakultas Teknologi Informasi UNSAP dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Subang, Jawa Barat, Jumat (15/10/2021).
Potret internet dan media sosial kita saat ini dapat dikatakan memprikatinkan, karena mengedepankan demokrasi dan kebebasan berekspresi, tetapi tanpa memikirkan etika. Menurut Esa, demokrasi di ruang digital itu bukan berarti bisa bicara semaunya.
Sebagai negara yang berlandaskan Pancasila, kita memiliki aturan-aturan dan norma ketika ingin menyampaikan pendapat, baik di ranah offline atau online. Aturan dan norma yang dibuat ini agar masyarakat lebih merasa aman dan nyaman dalam bertindak.
Faktor lainnya mengapa aturan dan norma itu penting untuk diterapkan karena masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang multikultural. Kita memiliki sekitar 17 ribu pulau, 1.300 etnis, 700 bahasa daerah, dan 245 aliran kepercayaan dan 6 agama resmi.
“Keberagaman ini harus tunduk kepada pancasila dengan nilai-nilainya, yaitu cinta kasih, kesetaraan, harmoni, demokrasi dan kekeluargaan, dan kesadaran mematuhi hukum di Indonesia,” jelasnya.
Ketika kita memahami budaya kita dan menerapkan nilai-nilai Pancasila, kita jadi tidak mudah dipecah belah persatuannya terutama di ruang digital. Sebab, di ruang digital banyak orang yang tidak berpikir sebelum mem-posting.
Ia menyampaikan, di ruang digital kita perlu berpikir kritis atas setiap informasi yang didapatkan di ruang digital, dan menghargai pendapat orang lain. Kedua sikap tersebut perlu dilakukan karena mencerminkan perilaku bijak dan berbudaya ketika menggunakan internet.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Stefany Anggriani (Makeup Beauty Influencer), Aidil Wicaksono (Managing Director Kaizen Room), Aditianata (Dosen IT Universitas Esa Unggul), dan Winda Ribka sebagai Key Opinion Leader.