Era digital di dunia dimulai pada tahun 1924 sedangkan di Indonesia, digitalisasi masuk pada tahun 1980. Saat ini kita berada di era revolusi industri 4.0 di mana semua peralatan telah terkoneksi dengan jaringan internet.
“Kita perlu dengan cepat beradaptasi dengan digital skills. Sebelum itu, kita harus memiliki soft skills karena bisa digunakan di mana pun,” ungkap Eko Prasetyo, Co-Founder Syrbust Corporation dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Jumat (15/10/2021).
Eko menjelaskan, soft skills terdiri atas keterampilan dalam pemecahan masalah, kreativitas, berpikir analitis atau sesuai logika, berkolaborasi, komunikasi, diikuti etika dan akuntabilitas.
Di dunia pendidikan Indonesia, beberapa pelajaran yang berkaitan dengan teknologi secara langsung juga telah tersedia. Di antaranya, teknik elektro, teknik informatika, teknik komputer, sistem informasi, manajemen informatika, hingga teknik industri.
Selain pada dunia pendidikan, perubahan ini juga berpengaruh pada ranah pekerjaan sehingga muncul tren-tren baru. Dalam dunia pekerjaan, tren ini berupa rutinitas karyawan yang mulai digantikan oleh robot, penggunaan teknologi digital di seluruh sektor industri. Kemudian, efisiensi dan efektivitas pekerjaan menjadi sangat tinggi.
“Kita harus tetap eksis sebagai manusia karena tidak bisa bersaing dengan robot. Otomatis, kita harus menguasai skill-skill yang bukan rutinitas,” ungkap Eko.
Karena itu, dalam ranah digital ini kita harus bisa menguasai search engine yang memudahkan kita dalam melakukan pencarian informasi. Agar lebih mudah, dalam pencarian informasi kita bisa memakai kata kunci secara rinci dengan menggunakan tanda kutip, titik dua, tanda bintang, dan lain sebagainya. Lalu, pemanfaatan media atau platform digital yang adapun harus dimaksimalkan oleh kita sebagai pengguna, serta mewaspadai segala jenis kejahatan siber.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Felix Kusmanto (Dosen Paruh Waktu dan Peneliti SDM), Muhammad Arifin (Kabid Komunikasi Publik Relawan TIK Indonesia), A. Syatori (Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Syariah & Ekonomi Islam IAIN Syekh Nurjati Cirebon), dan Carissa Muhamartha sebagai Key Opinion Leader.