Penipuan di ruang digital jumlahnya sangat tinggi, modusnya pun beragam bisa melalui SMS, media sosial, email, bahkan saat kita melakukan transaksi secara digital.
Ria Ariyanie, Praktisi Humas & Komunikasi menyampaikan, penipuan digital memiliki dua kategori. Pertama, scam yang merupakan murni penipuan digital. Kedua, social engineering atau rekayasa sosial, di mana modusnya dengan memainkan emosional korban, seperti sedih, takut, atau senang. Kedua kategori ini terbagi lagi menjadi beberapa modus penipuan.
“Kita pahami bahaya dari penipuan digita bisa menyebabkan akun kita bisa diretas, terjadi pencurian uang/barang, phishing, kloning,” ujar Ria dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Jumat (15/10/2021).
Selain itu, bisa terjadinya penipuan yang mengatasnamakan kita, pemerasan, ancaman, perundungan, hingga pelecehan yang terjadi secara online, serta digunakan untuk peminjaman online tanpa persetujuan.
Sebagai upaya pencegahannya, jangan mudah tergoda dan percaya, cek mutasi rekening terutama bagi pemilik usaha, memeriksa link atau tautan, dan cek ke customer services resmi perusahaan terkait, dan melihat nomor telepon perusahaan.
“Ketika kita bertransaksi, kalau ada kelebihan dana jangan mau transfer ke rekening lain. Karena hal ini bisa digunakan untuk pembayaran lain,” jelas Ria.
Ria mengatakan, secara praktis untuk menghindari penipuan, kita tidak perlu membagikan informasi penting, seperti OTP, nomor kartu, PIN, atau CVV, menjaga nama ibu kandung jangan sampai diketahui orang lain, jaga identitas pada postingan, memperkuat kata sandi dan bedakan antar-akun, serta hindari menggunakan wifi publik untuk melakukan transaksi.
Kita pun bisa bertindak untuk memutuskan mata rantai penipuan digital ini. Caranya dengan tidak mengklik dan langsung hapus nomor mencurigakan, ganti kata sandi secara berkala, dan gunakan two factor authentication. Kemudian, perhatikan setiap akses aplikasi pada perangkat digital kita.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Ignasius Wisnu Dwi Cahyo (Channel Manager PT ABB Sakti Industri), Mario Devys (Pengurus Pusat RTIK Indonesia), Tim Hendrawan (Creative Director), dan Kila Shafia sebagai Key Opinion Leader.