Hoaks atau berita bohong adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar tapi dibuat seolah-olah benar, tujuannya untuk membuat masyarakat tidak aman, nyaman, resah dan kebingungan. Sehingga dengan begitu muncul keputusan yang lemah, tidak meyakinkan dan bahkan salah.
Riri Damayanti, seorang Content Creator dan Yoga Enthusiast mengatakan hoaks ternyata memiliki banyak jenisnya seperti satire atau parody awalnya dibuat tidak untuk merugikan namun ternyata berpotensi mengelabui. Selain itu ada konten yang menyesatkan atau misleading content memanfaatkan informasi asli namun sebenarnya tidak ada hubungan dengan informasi aslinya.
“Ada juga jenis konten tiruan, sumber asli namun diubah sesuai keinginan penyebar hoaks. Berikutnya ada konten palsu yang merupakan konten baru yang 100 persen salah sengaja untuk menipu, serta koneksi yang salah antara judul dan isi berita tidak nyambung,” ujarnya saat webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Jumat (15/10/2021).
Dia pun memberikan beberapa kiat agar masyarakat bias ikut berkontribusi mencegah penyebaranhoaks. Antara lain hati-hati dengan judul berita yang provokatif terkesan bombastis, akan lebih baik cek terlebih dulu daripada klarifikasi di kemudian hari. Kemudian untuk memudahkan pengenalan hoaks, cermati alamat situs misalnya untuk situs pemerintah, sekolah, dan instansi tertentu. Selanjutnya cek fakta dengan sumber pembanding lainnya, cek keaslian video dan foto, serta ikut grup diskusi anti hoaks.
Webinar Literasi Digital di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat I, merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Hadir pula narasumber seperti Daniel Hermansyah, CEO of Kopi Chuseyo, Intan Maharani, COO PositiVibe, Loka Hendra, Head of Food and Beverage Cinepolis Indonesia, Adri Liberty, Legal BCA Insurence.