Budaya digital adalah sebuah konsep yang menggambarkan bagaimana manusia berinteraksi dengan teknologi internet. Masyarakat digital yang baik ialah yang berbudaya. Sebagai masyarakat digital, kita harus teredukasi dan memiliki pola pikir yang berkembang (growth mindset). Pola pikir ini meyakini bahwa kemampuan dasar dapat dikembangkan melalui pembelajaran dari kerja keras, intelegensia, atau bakat.
“Nilai-nilai Pancasila bisa diadopsi di ruang digital agar saat masuk ke ruang digital tidak ada lagi konflik-konflik SARA, beradab, menjaga nilai persatuan, dan sebagainya,” ujar Didin Miftahudin, Founder Gmath Pro Indonesia dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kota Cirebon, Jawa Barat, Selasa (19/10/2021).
Aspek penting dalam membangun budaya digital yang utama adalah masyarakat itu sendiri. Dalam budaya digital masyarakat perlu berpartisipasi dan memberikan kontribusi untuk mencapat tujuan bersama. Kemudian, remediation yakni bagaimana masyarakat mengubah budaya lama menjadi budaya baru yang lebih bermanfaat. Lalu, bricolage di amna kita memmanfaatkan hal-hal yang sudah ada sebelumnya untuk membentuk hal baru. Contohnya, bank digital.
“Masyarakat yang tidak mengikuti transformasi digital akan seolah-olah seperti berada di hutan belantara. Masyarakat digital perlu terliterasi untuk mempermudah kehidupan sehari-hari,” ungkap Didin.
Transformasi digital ini berhubungan dengan penerapan teknologi digital dalam semua aspek kehidupan masyarakat. Namun, bukan berarti budaya yang telah ada ditinggalkan begitu saja.
Maka dari itu, di ruang digital kita memerlukan penerapan budaya toleransi dan menggunakan etika yang baik. Sebagai salah satu contoh penerapan budaya digital yang positif, kita bisa manfaatkan transformasi digital untuk menunjang proses pengembangan diri kita, seperti ilmu pengetahuan, bisnis, dan lain-lain.
Gunakan juga platform digital untuk membangun jaringan atau relasi kita. Hal terpenting, budayakan diri kita untuk selalu menyebarkan informasi-informasi yang telah terverifikasi kebenarannya dari sumber yang kredibel, bukan menyebarkan berita bohong (hoaks).
Webinar juga menghadirkan pembicara, Arifuddin (Kepala Sekolah SMKN 2 Cirebon), Daryo Susmanto (Wakil Kepala Sekolah SMPN 1 Kota Cirebon), Rabrinda Soewardana (Direktur OZ Radio Bali), dan Lady Kjaernett sebagai Key Opinion Leader.