Literasi digital menjadi sebuah kebutuhan saat ini di mana segala aktivitas sudah melalui digital. Semua kalangan sudah masuk dalam dunia digital maka, literasi digital ini penting agar warganet Indonesia berpikir kritis, kreatif, dan inovatif. Dapat memecahkan masalah berkomunikasi dengan lebih lancar dan dapat berkolaborasi dengan lebih banyak orang.
Rofiq Azhar, LP2M STAI Al Musaddaiyah Garut menjelaskan, manfaat literasi digital yang secara langsung dapat dirasakan oleh warganet ialah menghemat waktu karena dapat mencari referensi di internet yang dapat dilakukannya kapan dan di mana saja. Lebih hemat biaya banyak web dan aplikasi gratis yang menawarkan diskon. Memperluas jaringan, dapat menambah teman baru dan relasi lintas wilayah dan negara juga membuat keputusan yang lebih baik karena mencari tahu dan membandingkan melalui internet.
“Bahkan kini dapat belajar lebih cepat dan efisien dalam mencari arti info dan data tertentu serta aplikasi kamus online. Juga mengetahui informasi terkini dengan lebih cepat,” ungkapnya saat menjadi pembicara dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat, Selasa (26/10/2021).
Salah satu poin dari literasi digital yang benar bagaimana seseorang dapat beretika yang baik di dunia digital. Termasuk etika kontemporer yang menyangkut tata cara, kebiasaan dan budaya yang berkembang. Karena teknologi yang memungkinkan pertemuan sosial budaya secara lebih luas dan global.
Menyadari para pengguna digital bahwa etika digital digunakan saat berselancar di dunia digital yang tidak dalam ruang hampa dan bebas nilai. Paling tidak menghindari menyebarkan hoaks, jalan kebencian dan penghinaan. Tidak melakukan perundungan sekalipun di dunia maya.
Ruang etis digital ini juga dilakukan di sekolah, keluarga dan masyarakat. Bagaimana juga kita harus memiliki kesadaran etika informasi dengan mengajak untuk memahami Bagaimana menyampaikan atau menerima informasi online secara baik dan benar.
Saat di sekolah literasi digital dilakukan dengan menyediakan kelas virtual atau belajar kapan dan di mana saja berkomunikasi teknologi digital seperti email dan media sosial, pengarsipan digital dan lainnya. Literasi di rumah membuat dokumen keluarga, foto dan video di dunia digital, menjelajahi informasi di internet bersama anggota keluarga, nonton film online atau juga membuat sebuah keterampilan menggunakan tutorial dari internet.
“Sedangkan literasi digital di masyarakat dengan menggunakan media sosial untuk peningkatan usaha dan kewirausahawan. Dapat juga melakukan penggalangan dana untuk keperluan sosial melalui virtual, menggunakan pestisida ring untuk kontrol sosial serta mencari pekerjaan dan lainnya,” jelasnya.
Urgensi dari literasi digital ini karena ruang digital adalah Ruang Kita semua. Sudah seharusnya kita berperan aktif tidak hanya menunggu dari pemerintah. Literasi digital sama pentingnya dengan membaca, menulis, berhitung, dan disiplin ilmu lainnya. Masih banyak yang belum menunjukkan etika ketika menggunakan media sosial. Media sosial digunakan hanya sebatas untuk membuat akun penghinaan dan sarana pertengkaran.
Belum lagi adanya virus virtual yang lebih berbahaya jika tidak dibatasi atau diminimalisir. Kita akan menginfeksi dan menjadi pandemic digital disruption tanpa mengenal batas usia terutama generasi z dan kaum milenial. Maksud dari first virtual ini yakni hoaks, propaganda, provokasi, hate speech, bully, diskriminasi dan energi negatif lainnya.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Byarlina Gyamitri (Konsultan SDM), Layran Ajawaila (Psikolog Klinis), Rinda Cahyana (Relawan TIK Sukabumi), dan Aflahandita sebagai Key Opinion Leader.