Kemudahan teknologi di era ini membuat kita semakin mudah dalam memberikan pengaruh positif ke orang lain dan lingkungan sekitar. Salah satunya dengan membangun channel YouTube dan membuat konten di dalamnya.
Channel merupakan wadah atau saluran yang paling dikenal dan banyak menyajikan konten video. Ketika berbicara mengenai channel, YouTube merupakan platform yang paling banyak digunakan oleh masyarakat untuk mengonsumsi ataupun memproduksi konten dalam bentuk video.
“Kita memutuskan terlebih dahulu ingin membuat konten apa. Sebelum membuat konten, pikirkan dulu hobi kita apa, passionnya di mana supaya konsisten buat konten,” ujar Shinta Putri sebagai Key Opinion Leader dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Selasa (26/10/2021).
Kemudian, kita bisa melakukan riset penonton. Tujuannya agar kita bisa menentukan target audiens untuk channel YouTube kita. Selain riset audiens, kita juga bisa melakukan riset terhadap video-video yang relevan dengan konsep video kita. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa riset video serupa bukan berarti kita boleh menjiplak karya orang lain atau video yang sudah ada. Menurutnya, kalau kita menjiplak karya seseorang itu menandakan bahwa kita tidak cukup kreatif dalam membuat karya.
“Hati-hati kalau teman-teman terbukti meniru, pasti kontennya akan dihapus oleh YouTube. Jadi benar-benar harus positif dan kreatif dalam membuat konten,” tutur Shinta.
Lalu, cari topik atau konten. Hal ini bisa kita liat dari apa yang sedang tren. Selain itu, pilihlah konten yang tepat dan dapat memberikan pengaruh positif, serta sesuai dengan apa yang audiens inginkan. Ia menuturkan, pembuatan konten juga harus konsisten terhadap tema YouTube kita. Tujuannya agar personal branding dan karakter kita dalam platform YouTube pun terbentuk.
Ia mengatakan, hindari membuat deskripsi, tag, judul, atam thumbnail yang menyesatkan untuk meninkatkan jumlah penayangan. Hal ini akan berisiko untuk menyindir pihak lain dan berdampak negatif bagi perkembangan channel YouTube kita sendiri. Jangan juga mem-posting materi konten yang berpotensi mendorong orang lain untuk melakukan hal-hal berbahaya. Selain berdampak negatif, konten kita bisa dikenai pembatasan usia hingga dihapus.
Setelah konten-konten dibuat dengan sebaik mungkin, kita bisa mempromosikannya melalui platform media sosial. Ini berguna untuk meningkatkan interaksi antara audiens dan konten kreator, serta meningkatkan penonton konten kita di YouTube.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Evan Samuel Hizkia Kano (Digital Marketing Strategist), Made Sudaryani (Founder Assesmen.id), Silvia (Dentistpreneur), dan Didno (Ketua Relawan TIK Indramayu).