Berkomunikasi di ruang digital identik dengan mengirim pesan melalui email dan media sosial. Lantas seperti apa etika berkomunikasi melalui email yang biasanya ini mengirimkan pesan untuk aktivitas formal, seperti pekerjaan kantor melamar pekerjaan dan surat penting lainnya.
Oman Kamarudin, Ketua RTIK Karawang menjelaskan, subjek dalam email harus tegas dan jelas, kita tidak boleh menuliskan subjek yang terlalu panjang. Sehingga isi dari surat itu ada di samping, ini menyebabkan orang tidak tidak nyaman. Subjek harus dibuat ringkas, jelas agar etis dalam melakukan komunikasi di dunia digital.
“Hal lainnya ini hal yang tidak kalah penting yaitu ejaan yang benar, saya seringkali terganggu dengan komunikasi atau membaca email, SMS atau membaca pesan yang dengan ejaan yang tidak benar. Ini satu hal yang menunjukkan seberapa tinggi penghormatan kita terhadap lawan komunikasi kita. Sehingga hingga ejaan yang tidak benar jangan sampai kita lakukan,” ungkapnya saat mengisi webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Rabu (27/10/2021).
Tentu saja ini juga sama dengan hal yang tadi, setelah secara ejaan harus benar bahasa yang digunakan pun harus yang sopan ini. Berbicara tentang kita berkomunikasi yang etis. Jika berkomunikasi dengan teman sebaya itu berarti kita dapat menggunakan bahasa yang lebih bebas tapi dalam konteks tetap sopan. Ada yang lebih tinggi, sederajat ataupun lebih rendah.
Penggunaan huruf kapital pada semua kalimat, kita sudah tahu maksudnya orang yang menulis dengan huruf kapital semua. Kita dapat memaklumi jika orang tua atau yang sudah lanjut usia yang mengetik pesan dengan huruf kapital. Mungkin karena memang tidak kelihatan jika menggunakan huruf kecil. Namun untuk yang lainnya, huruf kapital itu mewakili penekanan kata atau dengan emosi jadi alangkah lebih baik kita tidak menggunakan kapital semua kecuali untuk singkatan.
Di email itu kita mengenal BCC (Blank Carbon Copy) diteruskan tanpa pemberitahuan dan CC (carbon Copy) berarti diteruskan artinya email tersebut ada tembusannya. Hal ini dapat kita lakukan sesuai dengan kebutuhan kapan kita gunakan dan juga dengan seizin tujuannya.
“Misalnya kita mengirim email ke satu orang lalu men-CC kan kepada orang lain. Orang yang mendapat CC itu memang berkenan mendapat email yang bukan ditujukan untuknya,” jelasnya.
Kita menggunakan BCC karena ada email yang perlu diketahui oleh orang lain tetapi lawan email kita tidak perlu mengetahuinya. Sehingga BCC dan CC harus dipahami dengan baik.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Diana Nafisah (COO Halo Bayi), Febrianti Kristina (Owner @vitaminmonster), Bowo Suhardjo (Konsultan Bisnis), dan Lady Kjaernett sebagai Key Opinion Leader.