Perkembangan budaya digital itu seperti pisau bermata dua jadi kita harus bijak dalam menanggapi perkembangan yang begitu pesat. Budaya digital ini sangat dipengaruhi dari penguasaan terhadap pengetahuan dan juga teknologi digital.
Jadi semakin kita paham dengan teknologi dan pengetahuan digital semakin baik dalam menjalankan budaya digital itu. Seringkali aktivitas digital ini sangat memudahkan kita untuk beraktivitas. Selain itu kita dapat bertemu dengan banyak orang dari beragam latar belakang berbeda, sudah siapkah?
Marheni Eka Saputri, dosen Telkom University menjelaskan, ada ketika kita berjejaring ruang digitalkita harus sudah siap bertemu dengan manusia dengan latar belakang yang berbeda dari lintas negara. kita harus bisa memahami setiap kebudayaan dari orang lain dan menghormati apapun kebiasaan mereka tidak menyamakan dengan budaya kita.
“Misalnya hal kecil, kalau di Indonesia anggukan itu artinya setuju tapi belum tentu di negara lain seperti India anggukan itu artinya tidak. adanya perbedaan pemahaman disini yang perlu kita pelajari, supaya tidak menimbulkan kesalahpahaman,” jelasnya saat mengisi webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (28/10/2021).
Di ruang digital budaya berteman secara instan menciptakan ketertarikan namun kedekatan di media digital itu bersifat semu. Keakraban dan keterikatan yang kuat di dunia digital itu bersifat relatif. Dan yang pasti belum tentu ketika akrab di dunia digital saat bertemu di dunia nyata juga demikian.
Di media digital pun dalam berkomentar perlu diperhatikan meskipun kita melihat mereka setiap waktu bukan berarti kita akrab dengan mereka. Sehingga terkadang bahasa yang digunakan bukan bahasa formal ataupun ungkapan yang diberikan itu seperti kepada teman sendiri padahal bisa saja menyinggung.
“Sering terjadi kita menyarankan kepada artis mengenai cara mereka mendidik anak, cara memberi makan anak atau kehidupan pribadi seolah-olah kenal. Padahal harus disadari adalah kita di ruang digital itu berkomunikasi itu harus penuh dengan etika untuk saling menghormati,” tutupnya.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Michael Sjukrie (Underwater Videographer, kreator konten), Muhammad Miftahun Nadzir (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta), Aat Indriati Ridwan (Psikolog), dan Almira Vania sebagai Key Opinion Leader.