Pandemi mengakibatkan dua kejadian pertama adalah keburukan yang kita yakin akan segera berakhir juga kedua adalah kebaikan bersama kebaikan dalam membersamai anak saat sekolah.
Dampak dari pandemi ini positifnya sekalipun negatifnya adalah membatasi ruang tatap muka guru dan murid. Tetapi, menurut praktisi Pendidikan, Hanny Latifah sekaligus pemilik SDIT AlBayyinah ini melihat banyak hal positif yang kita dapatkan, seperti empercepat pencapaian kompetensi pemanfaatan teknologi, guru mempelajari berbagai metode daring dan luring kurikulum tidak terbatas waktu jarak, ruang regulasi variasi dan stratifikasi.
“Sekarang juga sudah ada lintas institusi, sejalan dengan program Kementerian Pendidikan kebudayaan adanyaMerdeka belajar yaitu kampus Merdeka. Siswa, mahasiswa sekarang dapat belajar lintas kampus. Banyak peluang peluang lintas kultural, para peserta didik kita akan menjadi pencipta artefak. Selain pengetahuan yang lebih penting lagi yaitu adanya jejaring sosial dan manfaat sosial di ruang lingkup aktivitas yang sangat berperan kuat,” ungkapnya saat menjadi pembicara dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat, Sabtu (30/10/2021).
Efek dari pandemi juga membuat pemerintah dan kita juga sebagai pelaku atau pelaksana di lapangan membuat sebuah skenario layanan pendidikan di sekolah. Berbagai pertimbangan baik dilihat dari dampak Covid kemudian kita juga harus memperhatikan kesehatan dan keselamatan siswa.
Namun, memperhatikan hak pendidikan karena seyogjanya pemerintah menunjukkan selama pandemi ini pendidikan tidak boleh berhenti. Bagaimanapun caranya pendidikan harus tetap berlangsung. Sehingga pemerintah harus membuat peraturan kebijakan dan terus membuat skenario terkait dengan bagaimana pendidikan.
Mulai tahun atau di beberapa bulan ke belakang kita sudah mulai bisa melakukan tatap muka terbatas untuk di daerah-daerah yang sudah level 3. Tentunya dengan berbagai skenario yang harus dilakukan oleh pihak penyelenggaran sekolah dan juga siswa.
“Sekarang jika mau belajar tidak harus di kelas tapi tetap kita mempertimbangkan bagaimana hal-hal apa yang ingin kita dapatkan dari pembelajaran tersebut. Berkaitan dengan fasilitas kemudian dengan teman-temannya dengan sumber belajarnya, sistem kemudian juga learning resources dan tiga atau latihannya seperti apa,” jelasnya.
Sistem pembelajaran yang baru, kita bisa melaksanakan karena masih terbatas sehingga tidak memungkinkan untuk seluruh siswa di suatu kelas yang bersamaan. Maka ada beberapa alternatif yaitu blended learning. Intinya adalah materi itu bisa disampaikan sebelumnya kemudian ada sesi belajarnya di kelas bisa diskusi atau preview kelompok dan lain sebagainya jadi kita mengkombinasikan pembelajaran online dan tatap muka dari seluruh siswa.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Dian Nurawailah (Founder Maleeha Skincare), Dewi Tresnawati (relawan TIK Jawa Barat), Eurike Iona Septanti (Trainer & Educator), dan Lady Kjaernett sebagai Key Opinion Leader.