Sekarang ini banyak sekali informasi hoaks, gerakan radikal, provokatif, dan sebagainya yang bersumber dari akun-akun palsu. Banyaknya kasus penipuan dan penyebaran informasi hoaks di media sosial yang disebarkan oleh akun palsu menyebabkan kita perlu mengenali ciri dari akun palsu.
Beberapa akun yang sering dianggap asli biasanya milik artis atau tokoh dan akun institusi atau pusat informasi. Kedua akun ini banyak digunakan oknum dengan tujuan untuk mendapatkan followers yang banyak. Ketika pengikutnya sudah banyak, nantinya pelaku akan mengubah username akun sesuai keinginannya. Sementara itu, pada akun institusi atau pusat informasi yang memiliki akun palsu rawan untuk dijadikan media kejahatan seperti pencurian data.
“Kita harus waspada di akun-akun ini ketika kita akan mem-follow, mengikuti, berbagi informasi melalui akun-akun ini,” ujar Akhmad Rofahan, Ketua Relawan TIK Kabupaten Cirebon dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Subang, Jawa Barat, Sabtu (30/10/2021).
Menurut Rofahan, beberapa ciri akun palsu bisa dilihat dari beberapa hal. Pertama, foto profil menggunakan gambar kartun, artis, berbeda-beda, dan hanya satu itu berpotensi akun palsu. Biasanya orang-orang yang memiliki akun profil seperti itu memiliki tujuan yang kurang baik. Kedua, follower banyak tetapi komentar dan like sedikit.
Akun asli secara umum memiliki komentar dan likes yang seimbang. Ketika akun tersebut memiliki followers puluhan ribu tetapi interaksi kurang dari 20, akun tersebut bisa dicurigai sebagai akun palsu. Ketiga, tidak memiliki status atau aktivitas pribadi di media sosial.
“Isi status hanya membagikan ujaran kebencian, SARA, provokatif terhadap salah satu kelompok atau golongan. Ketika mendapati akun sejenis ini, kita harus mempertimbangkan secara matang untuk tidak menyebarkan informasi dari akun itu,” jelasnya.
Selain itu, senang memperbanyak posting-an yang sama dalam waktu singkat. Kemudian, dari segi pertemanna yang condong ke satu jenis kelamin, maka berpotensi akun tersebut palsu. Bahkan bisa mengarah kepada kejahatan seksual. Di saat kita berinteraksi dengan akun palsu dan meminta mengirimkan nomor WA hingga OTP, sebaiknya diabaikan untuk menghindari kejahatan.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Aaron Daniel O’Brien (Education Influencer), Bambang Iman Santoso (CEO Nauronesia Learning Center), Ricco Antonius (Founder of Patris Official Store), dan Ida Rhijnsburger sebagai Key Opinion Leader.