Budaya dan kebudayaan ialah karya manusia yang terbentuk dari unsur, politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni yang melahirkan teknologi kemudian menjadi gaya hidup. Kebudayaan adalah sesuatu yang mempengaruhi pengetahuan dan perilaku manusia. Jadi sebenarnya tidak salah teknologi tapi manusianya yang dipengaruhi oleh karyanya sendiri.
Oleh karena itu, Iwan Hermawan, dosen universitas Singaperbangsa Karawang ingin membahas budaya dalam perspektif Islam dasarnya adalah saling berkaitan antara agama dan budaya. Karena agama tanpa budaya juga tidak bisa berjalan.
“Agama diturunkan kepada manusia kemudian beradaptasi dengan budaya dan akhirnya melahirkan keagamaan. Maka berbeda cara beragama di Arab dan cara beragama di Indonesia sebab berkaitan dengan budaya,” ungkapnya saat mengisi webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Sabtu (30/10/2021).
Era disrupsi ini ada perubahan-perubahan yang begitu cepat tidak dapat diduga. Faktor yang mempengaruhi sangat banyak, sehingga sulit dikontrol atau dikendalikan dan kebenaran serta realitas menjadi amat subjektif. Ini yang sulit seolah-olah informasi-informasi yang ada di media sosial itu sebuah kebenaran. Padahal belum tentu maka dari itu kita perlu untuk berbudaya digital. Setelah itu muncul era society 5.0 mengembalikan yang dikembangkan oleh Jepang dan intinya adalah mengembalikan sisi manusia yang terpengaruh oleh teknologi.
“Karena selama ini seolah-olah dikendalikan oleh teknologi, jadi harus manusia yang mengendalikan teknologi. Akhirnya Jepang juga menyadari itu. Oleh karena itu untuk membentengi diri kita harus mempunyai sistem pertahanan diri yang berkaitan dengan budaya literasi digital. Dimulai dari input, proses, output sehingga menjadi outcoma dan memberikan impact. Jangan sampai kita yang malah terpengaruh dan malah beperilaku berbeda saat di ruang digital,” tutupnya.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Abhyani Prastika (Digital Marketing), Gunawan Lamri (CEO PT. Kukiner Anak Bangsa), Ranita Claudiya Akerina (Training Officer PT. Equine Global), dan Yumna Aisyah sebagai Key Opinion Leader.