Budaya adalah nilai-nilai yang merupakan hasil perilaku dan akal manusia yang berupa gaya diturunkan kepada generasi generasi berikutnya. Jadi budaya itu diturunkan oleh orang-orang yang terdahulu, termasuk budaya Indonesia.
Sementara itu, modal negara Indonesia negara yang kita cintai ini sangat kaya yang mengartikan juga banyak budaya di dalamnya. Indonesia memiliki 17.504 pulau, 1331 suku etnis, bahasa daerahnya sebanyak 741, 6 agama resmi dan banyak aliran kepercayaan. Oleh karena itu budaya Indonesia itu sangat kaya, sangat kaya untuk wisata untuk tempat wisata. Baik dari kulinernya, keseniannya, kerajinan, pakaian dan bahasanya.
Herman Pasha, Senior Trainer Coach mengatakan, ini adalah modal utama kita untuk kita jual dengan menggunakan digital teknologi sistem agar banyak orang di dunia datang ke Indonesia.
“Jangan sampai kalah dengan Malaysia, Malaysia yang sedikit memilih objek wisatanya dapat mengalahkan kita. Itu berarti belum maksimal dmemanfaatkan kekayaan budaya kita,” tuturnya dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (02/11/2021).
Menurut penelitian McKinsey, ternyata perilaku dan budaya merupakan hal yang menjadi penghalang atau hambatan untuk transformasi digital karena kini setiap orang, suka tidak suka harus melakukan transformasi digital. Yang paling tinggi yang menghambat transformasi digital itu adalah tantangan dari budaya dan perilaku. Karena sudah menetap di dalam diri manusia. Kedua, understanding of digital screen, maka Kemenkominfo membuat gerakan literasi karena masyarakat mengerti ruang digital.
Ketiga, digital talent karena masyarakat juga harus melek digital sampai ke tingkat pedesaan. “Gerakan literasi digital oni dibuat hingga tahun 2024. Kalau kini menjangkau kota dan kabupaten, nanti mungkin harus sampai ke pedesaan untuk untuk melek digital ini, jadi inilah kenapa program ini dibuat,” tutupnya.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Gabriella Jacqueline (Brand Activation Lead at Startup Agritech and Entrepreneur), Ria Ariyanie (Praktisi Humas dan komunikasi), Ira Pelitawati (Penggiat Literasi), dan Ribka sebagai Key Opinion Leader.