Di dunia digital, dipastikan kita akan meninggalkan jejak. Jejak digital kita itu akan berbahaya atau merugikan apabila bertentangan dengan nilai sosial. Di pasal 5 dan 6 UU ITE menjelaskan jejak digital merupakan alat bukti hukum yang sah selama sepanjang informasi tersebut dapat diakses ditampilkan dijamin kebutuhannya dan dapat dipertanggungjawabkan. Jadi, jejak digital sangat perlu diperhatikan jangan sampai membuat kerugian dalam hidup kita.
Public speaker dan konten kreator Indira Wibowo menjelaskan, cara untuk menjaga rekam digital. Terdapat empat cara 2P2B, yang pertama periksa jejak digital, meskipun ini hampir tidak mungkin tidak diketahui oleh banyak orang, karena mungkin saja ada orang yang sudah mengambil tangkapan layar status kita yang berbahaya.
Tetapi tidak masalah, kita mencoba meminimalisir rekam jejak digital kita yang buruk itu. “Kalau kita masih bisa mengakses Facebook atau media digital lainnya dan ada status atau unggahan yang memalukan atau sekiranya akan membanggakan kita. Langsung dihapus saja sebelum nanti dapat merugikan,” ungkapnya saat menjadi pembicara dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat, Rabu (03/11/2021).
Kedua, perhatikan perangkat gawai kita harus diamankan dengan membuat PIN, password, sidik jari, pola ataupun face ID. Supaya orang lain tidak dengan mudah mengakses data pribadi kita yang ada di gawai. Bijak sebelum menulis, posting yang penting bukan yang penting posting.
Tetapi jika kita sudah punya rekam jejak digital yang sangat buruk seperti itu dan tidak bisa diubah lagi, bagaimana sebaiknya? Indira dengan bijak menjawab, manusia tidak luput dari kesalahan tapi jangan menjadikan rekam jejak kita yang buruk sebagai masa lalu kita yang kelam malah membuat kita putus asa. Bahkan berbuat nekat sampai ingin mengakhiri hidup ini.
“Dunia tidak runtuh kok asal kita mau berubah menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya. Kita harus lakukan tips yang terakhir bangun citra diri yang positif. Dengan begitu orang tidak akan melihat masa lalu kita yang buruk. Kedepannya kita akan membuat konten yang menginspirasi orang lain,” jelasnya.
Ada pepatah mengatakan, pemuka agama saja punya masa lalu, pendosa punya masa depan. Jadi tetap semangat untuk kita para netizen, harus banyak belajar untuk terus memperbaiki diri. Memutakhirkan potensi diri, dan terus bangun citra diri yang positif. Isilah ruang digital dengan konten-konten yang bermanfaat. Tujuan dari konten positif tersebut, kita dapat menciptakan branding, memperluas koneksi dan membuka peluang bisnis baru.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Michael Sjukrie (Konten Kreator Underwater), Esa Firmansyah (dosen Fakultas Sains dan Teknologi UIN Bandung), Herman Pasha (trainer coach), dan Marcella Vionita sebagai Key Opinion Leader.