Ketika menggunakan media digital ada baiknya disertai sikap dan perilaku yang etis demi kebaikan bersama. Demi meningkatkan kualitas kemanusiaan apa lagi di Indonesia yang multikultur, maka etika digital sangat relevan dipahami dan dipraktekkan oleh semua warga Indonesia.
Willyam Septyanto, alumni fresh graduate Digitalent Kominfo 2021 mengatakan, penggunaan media sosial di Indonesia terbilang cukup banyak, 3 jam lebih setiap harinya, belum lagi ditambah dengan browsing yang lainnya di internet hampir 9 jam juga bermain game online 1 jam lebih. Sehingga ketika berada di ruang digital yang cenderung lebih banyak masyarakat berinteraksi di sana tentu harus ada sebuah aturan yang mengikat agar tidak ada yang dirugikan dalam bentuk konflik dan lainnya.
“Indonesia itu negara multikultural, bangsa yang majemuk. Artinya kita hidup bukan hanya dari kita saja atau dari orang yang satu suku dengan kita saja tapi banyak sekali orang yang hadir di sana. Sehingga etika digital itu sangat diperlukan mencegah hal-hal buruk terjadi di ruang digital,” ungkapnya di webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Kamis (04/11/2021).
Hal-hal buruk yang ditakutkan terjadi di ruang digital seperti hate speech atau ucapan penghinaan kebencian yang dilakukan oleh suatu individu atau kelompok dalam bentuk provokasi, hasutan ataupun hinaan kepada individu atau kelompok lain. Biasanya ini terkait dengan aspek seperti ras, warna kulit, etnis, gender, cacat, orientasi seksual, keagamaan, kewarganegaraan dan lainnya.
“Maka dari itu penting untuk memahami multikulturalisme agar dapat hidup berdampingan tanpa harus memikirkan perbedaan. Menghargai setiap perbedaan tidak malah dipermasalahkan,” jelasnya.
Etika digital itu juga bisa meminimalisir penyebaran hoaks. Berbagai peristiwa besar sering diiringi oleh kemunculan hoaks dapat memicu lebih besar lagi permasalahan. Ketika pengguna internet memiliki etika digital, mereka berpikiran kritis untuk dapat mempercayai sebuah informasi dan tidak membagikan.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Giri Lukmanto (Peneliti Mafindo), Ronal Tuhatu (Peneliti), Bowo Suhardjo (Konsultan Bisnis), dan Kila Shafia sebagai Key Opinion Leader.