Di dunia digital ada beberapa prinsip yang dapat kita pegang. Dimulai dari berkomunikasilah dengan jelas di dunia digital. Jangan membuat sebuah pernyataan yang ambigu, yang dapat membuat konflik. Dalam berkomunikasi, mengirim komentar membuat caption harus jelas harus bisa menjelaskan maksud yang kita tulis itu apa.
Prinsip kedua adalah dunia digital adalah extended reality jadi agar skill kita dapat dipakai dengan positif. Dunia virtual dan realitas tidak terpisah.
“Kita pengguna ini hanya sebatas IP yang bisa dilacak dan ditemukan oleh pihak yang berwajib. Artinya kalau ada membuat akun akun anonim itu hanya untuk buat stalking mantan atau memantau artis yang anda suka gitu lalu jika kita komen yang tidak baik. Anda bisa ditangkap oleh pihak berwajib,” ungkap Oktora Irahadi, CEO Infina dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di Kabupaten Garut, Jawa Barat, Kamis (04/11/2021).
Seperti contoh, ketika penyanyi Ayu Tingting mem-posting foto anaknya lalu ada netizen menghina. Dalam waktu 3 hari orang tua Ayu Tingting sudah menyambangi rumah netizen tersebut. Jika kita semaunya di internet akan ketahuan karena setiap pengguna internet memiliki IP address.
Walaupun kita hanya berucap digital cuma menggunakan jempol tapi kita sama sedang membawa diri kita di dunia digital. Prinsip lainnya, ialah pengguna internet harus selalu mengingat ada ranah privat dan umum. Di Instagram ada direct message di WhatsApp ada chat personal dan grup. Tetapi berapa kali kejadian ada yang seharusnya di ranah privat itu di screenshot lalu disebarkan. Generasi masa kini menyebutnya Cepu lalu dikirim ke lambe turah akhirnya viral.
“Harus selalu diingat, sewaktu kita post foto di media digital itu sudah milik umum. Sudah tidak bisa kita tahan lagi. Kalau saya rajin sekali untuk mengecek nama saya di Google. Saya hanya ingin tahu, apakah ada hal-hal jelek yang disebarkan oleh orang mengenai saya di dunia digital cuma pengen tahu. Jangan sampai merusak jejak digital saya,” ungkapnya.
Selanjutnya, seakan akan sudah menjadi hal wajar karena dilakukan berkali-kali yakni pengguna internet terkadang oversharing. Semua hal dibagikan padahal tidak semuanya yang ada di kehidupan nyata kita itu berhak disebarluaskan. Beda cerita jika influencer atau publik figur yang memang untuk kebutuhan profesional. Namun jika kita hanya menggunakan media sosial untuk bersenang-senang sebaiknya jangan terlalu berlebihan dalam membagikan sesuatu di hidup kita.
Begitu juga dengan berita atau informasi yang tidak terlalu penting tidak perlu kita bagikan terlalu sering. Jika niat hiburan namun harus disadari juga berapa banyak yang wajar untuk kita bagikan.
Webinar juga menghadirkan pembicara, dr. Katherine (Praktisi Kesehatan), Meylani Pratiwi (Relawan TIK Jawa Barat), Herman Pasha (Psikolog), dan Ribka sebagai Key Opinion Leader.