Siapa bilang digitalisasi membuat generasi muda menjadi generasi rebahan. Transformasi digital dapat membuat seseorang bisa lebih produktif. Asal, mereka mampu menerapkan kebiasaan-kebisaan ini yang bisa membuat kita produktif.
Riksa Suci Imaniah guru SMPN 1 Bogor mengatakan, coba para generasi muda menghapus pekerjaan yang tidak penting dari sekarang. Sudah cukup dewasa untuk sudah mulai belajar menjadi seseorang yang produktif dengan membuat ceklis, kerjaan apa yang tidak penting atau unfaedah dan yang berfaedah.
Jangan lelah mencari ilmu dan belajar akses internet beserta digital skill. Bagaimana kita bisa mendapatkan informasi-informasi yang baik serta mulai belajar caranya memproduksi konten. Kemudian generasi muda tidak ragu membuat keputusan. Jangan terlalu khawatir juga jangan mudah cepat puas.
“Misalkan kayaknya aku udah berkarya nih sudah membuat sebuah konten YouTube. Subscriber-nya nambah, like dan komen juga sudah banyak. Jangan cepat puas tapi harus dapat berpikir lebih kreatif lagi. Bagaimana konten berikutnya atau bagaimana nanti hal berikutnya yang lebih kreatif,” pesannya dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat, Senin (08/11/2021).
Ketika membuat konten di ruang digital juga tidak lupa untuk penerapan budaya digital. Riksa menjelaskan, sebagai warga negara Indonesia, kita juga harus cinta terhadap budaya yang. Ada kaitannya dengan keragaman Indonesia. Ketika membuat konten, harapannya budaya digital ini juga tetap dibawa, melekatkan dalam diri. Tujuannya untuk menguatkan karakter bangsa dan rasa cinta terhadap produk dalam negeri.
Memperkuat kolaborasi visual kebudayaan-kebudayaan. Kita dapat angkat menjadi sebuah konten yang dikenal oleh masyarakat lebih luas lagi. Bahkan juga masyarakat dari seluruh dunia juga bisa mengenal kolaborasi budaya. Bagaimana siswa menjunjung tinggi multikulturalisme. Indonesia adalah negara yang ber-Bhinneka Tunggal Ika multikultural, kita harus menjunjung tinggi, tidak ada rasisme dan sebagainya yang paling penting yang bermuara dari itu semua adalah mendorong pelestarian seni.
Bagaimana memiliki wawasan global tapi tetap menjaga ciri khas dari bangsa. “Caranya kita menjaga budaya Indonesia seperti menjaga tutur kata sopan santun dan sebagainya. Itu adat ketimuran kita tetap harus muncul. Diharapkan, generasi muda akan tumbuh mental berinteraksi meskipun bersifat virtual dunia maya lebih banyak orang namun budaya Indonesia tidak ditinggalkan. Pembentukan mental yang tangguh melalui interaksi,” jelasnya.
Selain itu juga generasi muda harus dibiasakan dengan adanya perdebatan sehat dengan analisa. Artinya yang terjadi pada saat mengutarakan semua komentar atau argumentasi kita juga harus punya referensi yang benar. Apakah benar ini informasi tersebut bisa dipertanggungjawabkan oleh sebab itu perdebatan sehat dengan analisa harian yang mungkin itu saja yang juga dapat melatih untuk jiwa.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Sugiarti (Instruktur Virtual Coordinator Trainer Jawa Barat), Tim Hendrawan (Creator Director), Siti Amalia (Ketua IGI Kota Bogor), dan Winda Ribka sebagai Key Opinion Leader.