Anak-anak masa kini termasuk generasi Z dan generasi Alpha. Rentang usia 6 – 20 tahun untuk generasi Z dan balita yang termasuk generasi Alpha.
Mereka adalah generasi setelah generasi milenial merupakan generasi peralihan generasi milenial dengan teknologi yang semakin berkembang. Beberapa di antaranya merupakan keturunan dari generasi X dan milenial. Mereka disebut juga hitech generasi atau generasi internet juga kerap disebut digital native.
Mardiana RL, Vice Principal in Kinderhouse School menjelaskan, ciri khas kedua generasi ini yakni, mereka masih usia dini namun sudah diperkenalkan dengan digital. Mereka memiliki kesamaan dengan generasi milenial tapi mereka mampu mengaplikasikan kegiatan dalam satu waktu. Misalnya mengerjakan tugas di ponsel sambil mendengarkan musik.
Apapun yang dilakukan mereka kebanyakan berhubungan dengan dunia maya. Karena sejak kecil mereka sudah mengenal teknologi dan akrab dengan gadget canggih, secara tidak langsung berpengaruh terhadap kepribadian mereka.
“Beberapa waktu lalu melihat challenge membuat konten yang menarik untuk semua kalangan. konten itu bisa berupa reels atau Tiktok dan ternyata hasilnya di luar biasa dipilih 3 orang pemenang. Juara 3 itu pelajar SMA, juara 2 karyawati. Juara pertama anak usia 9 tahun, generasi Z bisa mengalahkan generasi-generasi sebelumnya. Ini buktinya kalau generasi-generasi anak-anak kita nih mereka mahir menggunakan aplikasi, mengakses internetnya,” jelasnya saat mengisi webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Rabu (10/11/2021).
Generasi ini juga sangat suka dan sering berkomunikasi dengan semua kalangan khususnya lewat jejaring sosial. Mereka eksis di media sosial dan benar-benar generasi pertama smartphone dan media sosial tidak dilihat sebagai perangkat dan plafon tapi lebih pada cara hidup. Mereka sudah menjadikan media sosial sebagai lifestyle.
Kemudian mereka dikenal lebih mandiri daripada generasi sebelumnya tapi kelemahannya cenderung egosentris, individualis cenderung ingin serba instan tidak sabar dan tidak menghargai proses.
“Terbiasa dengan berbagai aktivitas dalam satu waktu yang bersamaan. Hal ini karena mereka menginginkan segala sesuatu terbaca cepat, tidak bertele-tele. Terbiasa cepat sehingga mereka juga tidak suka menunggu,” lanjutnya.
Peran orang tua menjaga anak-anak dari dampak negatif internet. Orang tua merasakan kekhawatiran ketika anak-anak menggunakan internet karena keamanan informasi, interaksi anak di ruang maya. Sebab, di ruang digital akan banyak perilaku yang anak lihat serta pergaulan. Siapa teman mereka apakah akan membawa ke hal positif atau negatif.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Aristyo Hadikusuma (Director at Otinesia) Virginia Aurelia (Entrepreneur), Mario Devys (Relawan TIK Indonesia), dan Benito sebagai Key Opinion Leader.