Teknologi digital menyebabkan manusia dapat dengan mudah berinteraksi dan berkomunikasi di ruang digital tanpa harus bertatap muka. Hal ini menyebabkan bahasa lisan dalam komunikasi berubah menjadi bahasa tulisan.
Lilis Sadiah sebagai Ketua Gerakan Literasi Sekolah SMKN 4 Padalarang Kabupaten Bandung Barat mengatakan, penggunaan bahasa tulisan membuat sebagian besar pengguna media sosial mengabaikan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sehingga tidak menutup kemungkinan sering terjadinya multitafsir ketika berkomunikasi secara online ini. Bahasa sendiri merupakan sistem lambang bunyi yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Penggunaannya harus secara baik dan benar.
Di dunia nyata ketika berkomunikasi secara langsung, ucapan kita bisa dibantu dengan intonasi. Akan tetapi, di dunia digital karena banyak menggunakan tulisan jadi tidak ada intonasi. Oleh karena itu kita harus lebih berhati-hati. Kadang kita memanfaatkan penggunaan emoticon senagai pengganti intonasi tersebut.
Perkembangan teknologi tanpa disadari juga berpengaruh terhadap penggunaan bahasa kita sehari-hari. Saat ini kita cukup sering memakai akronim saat berkomunikasi di ruang digital, misalnya seperti OTW (on the way), btw (by the way), kepo, dan lain-lain. Adanya pencampuran penggunaan bahasa asing dan daerah hingga penggunaan bahasa alay.
“Bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah kebahasaan. Bahasa yang baik adalah bahasa yang digunakan sesuai konteks situasi,” jelas Lilis dalam Webinar Literasi Digital di Kabupaten Bandung Barat, Jumat (12/11/2021).
Ketika ingin berbahasa yang baik sesuai dengan konteks, kita harus mengetahui kepada siapa kita berbicara, di mana, kapan, serta situasi dalam percakapan tersebut. Tujuan dari berbahasa yang baik ini harus komunikatid. Di mana pengirim dan penerima pesan saling mengerti serta merespon pesan dengan sesuai.
“Bahasa merupakan cermin diri dan jati diri bangsa. Dari tulisan yang kita sampaikan makanya kita harus berhati-hati. Bahasa tumbuh dan berkembang karena pemakainya. Jadi bahasa yang baik dan benar kalau tidak dipakai nanti bisa hilang,” ujarnya.
Kita harus menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan karakter bangsa, seperti sopan santun, ramah tamah, dan hindari penggunaan bahasa untuk ujaran kebencian di dunia digital. Perbanyak literasi agar penerapan bahasa kita menjadi lebih mumpuni.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Irma Nawangwulan (Dosen International University Liasson Indonesia), Asep Saepudin (Ketua MGMP PAI SMK Kabupaten Bandung Barat), Ninik Rahayu (Tenaga Profesional Lemhanas RI 2021), dan Ayu Imanda sebagai Key Opinion Leader.