Kita perlu peduli dalam membangun masyarakat yang sehat, dewasa ini kita sadar bahwa masyarakat yang sehat tidak hanya dipengaruhi oleh kehidupan sosial di dunia nyata namun juga oleh situasi di dunia maya. Kita ketahui kebebasan memperoleh informasi memang menjadi hak dasar manusia. Namun, di dalam literasi digital kebebasan tersebut harus bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan manusia.
Annisa Nurfauzia, Guru Bimbingan dan Konseling SMPN 1 Cisaat, Sukabumi menjelaskan, kita tidak boleh seenaknya menggunakan kebebasan tersebut. Jika tidak bermanfaat bagi penghormatan harkat martabat manusia seluruhnya. Sebagai warga kita semua memiliki tanggung jawab untuk berpartisipasi bahu-membahu berkolaborasi menciptakan masyarakat yang sehat. Kalau kita terbiasa mengunggah foto yang tidak baik tentu kita akan dicap menjadi orang yang nakal.
“Kita juga harus jeli melihat suatuasi karena dapat kita lihat di media digital banyak orang atau pihak yang memanfaatkan kepentingannya dalam hal ekonomi ataupun politik demi keuntungan dirinya sendiri. Itu juga yang harus kita waspadai bahwa kepentingan konten itu sekelompok orang saja,” ungkapnya saat menjadi pembicara dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (17/11/2021).
Maka dari itu ketika kita mengakses internet jangan lupa untuk selalu menyadari banyak konten negatif di sekitar kita. Konten negatif yakni semua hal yang mengarah pada penyebaran kebencian, permusuhan mengenai suku, agama, ras atau golongan tertenttu dan SARA. Konten negatif ini juga dibuat karena beberapa motivasi si pembuatnya ada yang membuat konten negatif itu untuk mencari uang alasan ekonomi.
Seperti banyak buzzer yang menjual berita palsu dan juga mencari kambing hitam. Buzzer itu juga pintar untuk mengarahkan pikiran orang lain, tujuan mereka sebenarnya bukan ikut mendukung atau membenci objek dalam informasi yang disebarkannya tapi karena memang mereka memiliki motif ekonomi. Mereka dibayar secara profesional untuk melakukan hal tersebut.
Motif politik juga demikian, banyak informasi negatif untuk kepentingan menjatuhkan lawan politik organisasi. Semua itu dilakukan hanya untuk kepentingan mereka. Motivasi lainnya dalam pembuatan hoaks ini juga untuk memecah persatuan. Banyak orang yang ingin Indonesia tercerai-berai karena ada kepentingan kepentingan lain yang mereka miliki.
Konten negatif yang sering kita temukan ialah hoaks. Seseorang dapat mengira berita hoax itu benar karena melihat siapa yang membagikan informasi tersebut. “Misalnya di grup WhatsApp keluarga yang membagikan ialah orangtua yang kita hormati atau saat di grup organisasi mereka yang kita anggap lebih berpengalaman malah yang sering menyebarkan informasi tidak jelas. Padahal, harus kita amati dengan seksama adalah bukan siapa yang menyebarkan tetapi apa isi dari informasi tersebut,” jelasnya.
Kemudian juga kata-kata yang disampaikan dalam informasi atau berita tidak jelas itu mengandung kata-kata yang meyakinkan sehingga membuat kita yang membacanya pun percaya. Padahal itu memang jebakan dari orang-orang yang sengaja membuat hoaks. Bagaimana caranya meyakinkan dengan kata-kata yang biasanya cenderung berlebihan dan menggunakan kutipan orang-orang terpercaya. Terakhir hoaks sering dipercaya karena sesuai dengan politik atau afiliasi organisasi yang sama dengan kita sehingga kita percaya informasi yang mendukung apa yang kita sukai itu.
Inilah bagaimana masyarakat digital harus bisa sehat di ruang digital yakni dengan tidak mudah percaya dengan oleh apa yang ditampilkan di ruang digital. Literasi digital penting untuk dapat menangkal segala konten negatif yang dapat berdampak negatif pula kepada diri kita.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Aldiyar (Instruktur Edukasi4id), Fadhlan Fadhilah (Pendamping Guru Penggerak Kemendikbud), Geri Sugiran (dosen STIKES Kota Sukabumi), dan Rio Silaen sebagai Key Opinion Leader.