Para pengguna internet diminta untuk menjauhi dan tidak membuat segala bentuk konten negatif sebab dampak yang ditinggalkan nyata adanya.
Ridho Wibowo, Instructure Virtual Coordinator Training Jawa Barat mengatakan, dampaknya yang timbul dari konten negatif dalam bentuk ujaran kebencian yakni dapat menimbulkan perpecahan antar-suku. Jika kita sebar berita bohong dan ujaran kebencian mungkin kita tidak bermaksud demikian tetapi ternyata isinya tetap saja menurut orang lain itu adalah sebuah ujaran kebencian yang menyakiti mereka.
Konten atau perilaku perundungan atau bullying itu dapat mengakibatkan kesehatan mental korban terganggu. Selanjutnya dampak dari seluruh konten negatif itu dapat terjerat hukuman. Ada yang berupa denda atau kurungan penjara juga keduanya. Jadi jika pepatah dulu lidahmu adalah pedangmu, berarti sekarang jempolmu adalah pedangmu. Sudah banyak kasus yang terjadi akibat memproduksi konten negatif.
“Sudah banyak beritanya misalnya ada seorang fresh graduate dengan IPK tinggi tetapi karena dia itu sering marah-marah dan melontarkan kata-kata kasar. Akhirnya yang terjadi dia tidak diterima bekerja di perusahaan. Kemudian gara-gara celotehan kasar di Twitter, seorang gadis gagal magang di NASA padahal dia sudah mengalahkan ribuan orang. Jadi, selain ditanya CV, juga prestasi dan pernah bekerja di mana, nilai IPK berapa juga yang akan ditanyakan ialah nama akun media sosial kita,” ungkapnya di webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Rabu (17/11/2021).
Kepribadian calon karyawan di dunia Maya juga menjadi sangat penting bagi perusahaan. Ridho pun menyarankan untuk para generasi muda terutama yang sedang mencari pekerjaan untuk mengecek kembali status status media sosial yang dulu. Apakah ada status atau unggahan yang negatif.
“Ayo kita bertobat dan sudah selanjutnya kita coba buat ujaran-ujaran yang baik. Hal-hal yang baik sehingga nanti hal-hal yang buruk yang mungkin dilakukan sebelum yang mungkin tidak akan terhapus karena memang yang namanya jejak digital itu tidak akan pernah hilang. Unggahan negatif kita dapat tertutupi dengan hal positif yang kita bagikan,” jelasnya.
Konten negatif yang hadir itu diakibatkan karena penetrasi internet yang sangat tinggi dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat Indonesia. Perubahan perilaku masyarakat yang berbeda dari media konvensional dan media digital.
Kemudian faktor pandemi juga mempengaruhi, semakin banyak yang memegang gawai karena kini semua dikerjakan secara online. Kesempatan untuk berada di dunia maya semakin besar. Sehingga membuka media sosial pun semakin sering dan melakukan banyak hal disana termasuk mengakses dan memproduksi konten negatif.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Ugan Nugraha (Relawan TIK Jawa Barat), Awan Karyawan (guru SMAN 1 Ciawi Kab Tasikmalaya), Puguh Rusmadi Ismail (instruktur Edukasi 4ID), dan Yumna Aisyah sebagai Key Opinion Leader.