Survei dari Microsoft yang menyatakan netizen Indonesia memiliki tingkat kesopanan yang rendah memang sangat memprihatinkan. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa hal tersebut benar adanya, kesopanan masyarakat di dunia nyata dan dunia digital berbanding terbalik.
Nani Sulyani, Kepala SMPN 3 Saguling Kabupaten Bandung Barat menyampaikan bahwa kita harus memiliki etika dalam bermedia sosial. Etika ini merupakan hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan di dunia maya, karena apapun yang kita lakukan ada konsekuensinya dan meninggalkan jejak digital.
“Itu penting karena di ruang digital kita akan berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang dari berbagai kultur. Jadi, saat kita menjadi multikultural maka kita harus berhati-hati dalam menggunakan bahasa dengan pihak-pihak lain sehingga tidak menimbulkan pertengkaran dan perpecahan,” ungkap Nani dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu (17/11/2021).
Menurut Kemendikbud, terdapat 8 etika dalam bermedia sosial. Etika tersebut yakni berhati-hati saat menyebarkan informasi pribadi, menggunakan etika atau norma saat berinteraksi di media sosial, waspada dengan akun tidak dikenal, pastikan unggahan tidak mengandung SARA, manfaatkan media sosial untuk membangun relasi, pastikan mnecantumkan sumber konten milik orang lain, manfaatkan media sosial sebagai penunjang proses pengembangan diri, dan tidak mengunggah apapun yang belum jelas sumbernya.
Ketika di dunia maya, tanpa disadari kita sering berkomentar dengan kata-kata yang tidak layak. Oleh karena itu, kita harus menggunakan bahasa yang layak dan sopan karena media sosial adalah ruang publik. Hati-hati saat memberikan informasi di ruang publik, jangan sampai kita membagikan informasi pribadi secara sukarela. Kemudian, perhatikan kredibilitas suatu informasi yang kita dapatkan di media sosial, jangan sampai kita jadi penyebar hoaks.
“Mulai beretika dari diri sendiri. Misalnya ketika berkomunikasi online diawali dengan salam. Mulai dengan menggunakan bahasa dan kata-kata yang sopan,” tuturnya.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Reza Hidayat (CEO OREIMA FILMS), Arief Lestadi (Founder NAS Consulting & Research), Benny Daniawan (Dosen Sistem informasi Universitas Buddhi Dharma), dan Nyimas Indriana (Key Opinion Leader).