Kehidupan digital bisa menjadi sebuah budaya apabila dilakukan secara signifikan. Sekarang ini, kehidupan kita sehari-hari tidak lepas dari peran teknologi digital di segala bidang seperti pendidikan, sosial, mendapat informasi, interaksi, hingga transaksi.
Budaya digital adalah sebuah konsep gagasan bahwa teknologi dan internet secara signifikan membentuk pola pikir seseorang dalam lingkungan masyarakat. Ketika kita tidak bisa terlepas dari keadaan serba digital, kita harus mampu menggunakan teknologi baru untuk meningkatkan mulu kita. Supaya segalanya bisa disaring sehingga efek negatif hadirnya budaya digital ini bisa diminimalisir.
“Untuk menghadapi itu diperlukan kecakapan dalam bentuk literasi digital. Dalam proses pendidikan budaya digital muncul dengan sinkronus, asinkronus, dan kombinasi,” ungkap Robi Nurtwani, Guru MAN 5 Tasikmalaya dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (23/11/2021).
Sinkronus muncul secara langsung melalui pembelajaran lewat media digital antara guru dan murid. Asinkronus muncul dengan pembelajaran yang dilakukan secara fleksibel, seperti guru memberikan tugas dan pendampingan. Sementara kombinasi penggabungan antara sinkronus dan asinkronus. Di masa perkembangan era digital itu tentu ada hal yang bisa dilakukan oleh pengajar. Di antaranya, pemilihan alat dan sarana pembelajaran digital, perencanaan program pembelajaran digital, penggunaan strategi interaktif dalam belajar mengajar, menggunakan pendekatan pembelajaran yang tepat bagi siswa, serta berorientasi sistem digital dan teknologi.
Selain bagi para pengajar, peserta didik pun perlu mengembangkan diri mereka secara cepat. Pada peserta didik, upaya yang bisa dilakukan ialah menentukan durasi belajar, menjalin komunikasi dengan pengajar, buat grup belajar, mencari tempat belajar kondusif, dan menerapkan pola pikir positif.
“Sebagai peserta didik, kita juga harus berlatih mengejar perubahan yang ada. Perubahan untuk mengembangkan diri mengharuskan kita untuk belajar lebih rajin,” paparnya.
Ketika keduanya, dari sisi pengajar dan peserta didik saling memahami budaya digital. Maka akan tercipta kegiatan belajar belajar yang jauh lebih kondusif dan mudah dipahami dengan memanfaatkan teknologi digital.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Evan Semuel Hizkia Kano (Digital Marketing Strategist), Littani Wattimena (Brand & Communication Strategist), Aidil Wicaksono (Managing Director Kaizen Room), dan Wafika Andira sebagai Key Opinion Leader.