Dunia digital membuat kita kini dapat berkomunikasi secara global. Karakter komunikasi secara global yaitu mengenai lintas batas geografi artinya komunikasi yang kita sekarang lakukan ini tidak dibatasi oleh geografis. Apakah dibatasi oleh lautan, samudra dengan segala macamnya ini tidak berlaku.
Karakteristik yang kedua yaitu lintas budaya, jadi semua budaya-budaya di sini akan disatukan di dalam era global ini. Sementara itu, kita mengetahui bahwa grafis punya batasan etika, budaya punya batasan etika, negara, daerah juga interaksi antargender, antargolongan sosial semuanya ada batasan-batasan.
Egi Mugia Jaya, Kepala sekolah SMPN 2 Gegerkalong menjelaskan, pada tatanan budaya, dasar negara, batasan daerah, interaksi antara gender dan kekerasan antargolongan sosial ini semuanya itu merupakan sebuah penghalusan dari komunikasi secara global. Sehingga itu akan muncul apa yang disebut dengan persoalan etika. Sehingga etika harus dilakukan sebab dunia maya dengan dunia nyata ini ada kesamaan meskipun tidak akan sama realita dengan digital. Tetapi, kita melakukan interaksi dan lawan interaksi sama dengan di dunia nyata.
“Di dalam ruang digital ini kita berinteraksi, berkomunikasi, berbagi informasi dengan berbagai perbedaan struktur sosial, budaya, agama, ras dan lain sebagainya. Semuanya ini dari hasil mengapa harus etika dalam ruang digital. Dari berbagai interaksi yang ada ini pasti akan menimbulkan sebuah standar baru tentang etika. Meskipun ke dalam etika ini kita kenal bahwa yang namanya etika ini tidak atau hukum yang secara tertulis yang harus dipahami semuanya di dalam pelaksanaan kegiatan kegiatannya. Namun tetap harus kita taati,” jelasnya saat menjadi pembicara dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Selasa (23/11/2021).
Etika digital sendiri ialah kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan dan mengembangkan tata cara pengelolaan etika digital di dalam kehidupan sehari-hari. Etika digital ini mengatur bagaimana para pengguna ini dapat berbahasa dengan baik, sopan.
Juga mengindahkan kalimat-kalimat yang tidak mengandung salah pengertian sebab di dunia digital ini seseorang tidak bisa melihat ekspresi lawan bicaranya. Untuk itu setiap kalimat harus jelas diungkapkan juga menggunakan emoticon yang tepat.
Saling menghargai orang lain saat berinteraksi merupakan sebuah etika digital yang sangat penting. Menghargai ini banyak caranya mulai dengan mengapresiasi setiap karya kemudian tidak mengganggu privasi orang. Misalnya ketika kita ingin mengirim foto di media sosial yang secara terbuka kita wajib untuk meminta izin terlebih dahulu. Jangan mudah menyebarkan data pribadi orang lain. Sebab tentu akan berbahaya bagi dirinya. Begitu juga menghargai karya dengan menyebutkan sumber yang jelas saat kita menggunakan karya.
“Eika digital lainnya bagaimana kita dapat mengontrol konten yang kita buat dan bagikan di media digital. Jangan sampai konten-konten yang kita buat ini merupakan konten yang tidak bermanfaat bahkan cenderung memberi dampak negatif. Buat dan sebarkan konten-konten bermanfaat atau paling tidak menghibur tanpa mengandung unsur-unsur negatif,” ungkapnya.
Perhatikan juga kita jangan terlalu banyak memposting sesuatu atau overposting. mengenai diri kita permasalahan kita juga keseringan konten yang kita bagikan sekalipun itu bentuknya promosi. Jangan sampai setiap postingan kita mengganggu orang lain. Apalagi kita mengirimkan pesan secara pribadi hanya untuk sekedar menawarkan sesuatu atau memberikan informasi. Sebab hal itu kemungkinan akan mengganggu teman kita jika kita terus melakukan over posting.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Dasep Purnama (Instruktur Edukasi4ID), Theo Derick (Entrepreneur), Obing Hobir (Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi), dan Yumna Aisyah sebagai Key Opinion Leader.