Sebagai alat berkomunikasi dan berinteraksi, media sosial memiliki karakteristik dan keunggulan. Penyampaian pesan lewat media sosial jauh lebih cepat dibandingkan media lainnya seperti radio dan televisi. Penyampaian pesan bebas tanpa harus melalui suatu gatekeeper dan penerima pesan pun bisa menentukan waktu berinteraksi.
“Karena murah dan mudah menggunakan media sosial di Indonesia, membuat terlalu masifnya perpindahan berita hoaks. Jadi memang perlu diwaspadai manipulasi informasi,” ujar Tetty Kadi, anggota DPR RI tahun 2009-2014 dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Selasa (23/11/2021).
Di Indonesia sendiri, netizen banyak melakukan tiga hal ini, yaitu berkomunikasi dengan netizen lainnya di media sosial, mengeluarkan pendapat, serta berkolaborasi melalui aplikasi web yang dapat digunakan secara kolaboratif dan real time. Akan tetapi, media sosial sebagai berekspresi jangan digunakan sebagai ungkapan amarah, kebencian, caci maki, penghinaan, atau cyberbullying. Hal ini berbahaya karena akan meninggalkan jejak digital.
Tetty mengatakan, sebelum kita mem-posting sesuatu perhatikan dengan seksama apakah mengandung hal-hal negatif yang bisa menyinggung orang lain di dalamnya. Kita harus memiliki rasa empati kepada lawan bicara meski hanya dilakukan di media sosial. Hal yang dapat diciptakan di media sosial secara ideal ialah media dialog yang sehat dalam berkomunikasi, menciptakan ruang agar gagasan bisa diutarakan secara rasional, serta sebagai alternatif untuk menggerakan kegiatan sosial melalui berbagai ajakan.
“Jadi perlunya etika komunikasi antara komunikator dan komunikan dalam teknik, isi, dan tujuan berkomunikasi di media sosial,” jelas Tetty.
Etika dalam media sosial, penggunaan bahasanya harus benar dan jelas, menghargai orang lain dengan tidak mencela dan menghina, meminimalisir kejadian tidak diinginkan dengan selalu mengontrol konten dan menjaga keamanan, hindari overposting atau oversharing di media sosial, serta sebarkanlah hal-hal yang berguna bagi orang lain.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Indira Wibowo (Duta Wisata Indonesia 2017), Muhammad Agreindra Helmiawan (Kepala Penelitian LPPM UNSAP, Indra Ilham Riadi (Assistant Manager Digital Marketing), dan Benito sebagai Key Opinion Leader.