Etika itu timbul dari kebiasaan, kebiasaan yang dilakukan ada penilaian moral, etika yang mencakup analisis dan penerapan konsep. Berkaitan dengan etika bermedia digital, bagaimana mereka bisa untuk menyadari, mencontohkan serta menyesuaikan diri, merasionalkan mempertimbangkan, mengembangkan tata kelola etika digital dalam kehidupan sehari-hari.
Bagaimana cara kita melihat posting-an atau hal positif dan negatif di media sosial di era digital ini mari kita. Tentunya kalau kita menggunakan media sosial dalam hal ini yang ada hal yang memudahkan berkomunikasi yang sudah tidak ada lagi menjadi ukuran yang tidak ada batas di antara kita.
Jaja Jahidin, Kepala Sekolah SMP 15 Kota Sukabumi mengatakan, etika digital khususnya selaku pendidik digunakan menjadi sarana untuk belajar agar lebih meningkatkan wawasan pengetahuan para siswa terutama dalam memanfaatkan media sosial untuk berkarya. Banyak hal dan konten positif yang tentunya bisa dipelajari. Bisa juga dilihat dalam rangka menghasilkan karya-karya baru.
“Mengedepankan hasil sendiri tidak menjiplak, melakukan pelatihan kepada para pelajar membuat konten positif. Hindari mereka menghasilkan sesuatu hal negatif dan juga harus diwaspadai,” ungkapnya saat mengisi webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (25/11/2021).
Sebab, penyebaran berita negatif sering terjadi oleh para siswa yang tentunya yang mindset-nya belum luas. Penyebaran berita yang negatif atau berita bohong ini memang sangat rentan karena beraneka ragam suku budaya agama ini mudah untuk diadu domba apalagi sekarang banyak berkembang paham-paham radikalisme di Indonesia. Kalau tidak bijak tentunya penyebaran konten negatif semakin merajalela. Hal lain, penipuan dan aksi kejahatan lewat media sosial banyak terjadi.
Semua berharap, anak muda tidak mengakses itu karena ada ada sanksi hukum sesuai dengan undang-undang baik undang-undang No. 11 tahun 2018, Undang-undang ITE No.19 tahun 2016. Para generasi muda harus dikenalkan pada konsekuensi dari konten negatif
Hal negatif lainnya yakni kecanduan terutama pengguna media sosial. “Saya bergelut dengan siswa di sekolah apalagi keadaan sekarang ini untuk belajar online ini, sulit sekali terutama orang tua membimbing mengarahkan belajar secara mandiri lewat online. Mereka lebih banyak membuka situs-situs game online, media sosial dan lainnya yang merusak konsentrasi mereka,” jelasnya.
Anak dan remaja yang sangat sulit lepas dari media digital ini harus mampu diberi arahan juga untuk menghindari perilaku buruk di media digital. Termasuk tidak menjaga rahasia data pribadi, juga kehidupan dirinya. Kenalkan pada privasi, mana cerita yang boleh dibagikan ke publik mana yang tidak.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Sahrir Romdon (Instruktur Edukasi4ID), Fadhlan Fadhilah (Pendamping Guru Bergerak Kemendikbud), dr Trendy Winardi (Founder Rejuvia Aesthetic Clinic), dan Aflahandita sebagai Key Opinion Leader.