Indonesia dikenal sebagai bangsa yang berbudaya dan menjunjung tinggi etika, bahkan orang asing mengenal kita dengan keramahtamahannya. Namun sebuah survey Digital Civility Index (DCI) 2020 oleh Microsoft, di dunia digital netizen Indonesia disebut sebagai paling tidak sopan se-Asia Tenggara.
“Tentu ini sangat bertolak belakang dengan kesan orang Indonesia selama ini, yang terkenal dengan murah senyum dan ramah tamahnya,” ujar Goretti Meiliani, Goretti Meiliani Project & Planning Section Head Binus Group saat webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, pada Kamis (25/11/2021).
Dia menyayangkan orang Indonesia yang diketahui bermoral tinggi sangat dan menjunjung tinggi etika, sopan, ramah, namun mengapa jari-jemarinya saat berkomentar kasar-kasar dan lebih parahnya lagi begitu diumumkan hal ini social medianya Microsoft langsung diserbu netizen. Hal ini seperti mengkonfirmasi netizen Indonesia kasar-kasar.
Menurut Goretti, hal yang membuat pengguna internet di media sosial menjadi lupa mengenai etika adalah menganggap digital berbeda dengan kehidupan nyata dan satu arah. Padahal ketika berinteraksi di ruang digital, kita berkomunikasi dengan manusia yang bisa tersinggung dan marah sehingga sebenarnya sama seperti pertemuan biasa.
“Dengan menyadari keberadaan orang lain di media sosial, seharusnya pengguna bisa mengendalikan emosi dna tidak ikut-ikutan berkomentar buruk,” ujarnya lagi.
Dia pun mengajak agar sebagai warga digital lebih mawas diri lagi. Apapun bentuknya, tulisan dan unggahan di media sosial merupakan perwakilan diri. Sehingga harus mengendalikan emosi dan tidak ikut-ikutan. Selalu gunakan bahasa yang jelas tulisan kapital semua dan tanda seru itu artinya sedang marah. Saat berkomentar lihat kembali konteks konten tersebut agar tidak salah paham dan menanggapinya dengan serius.
Di samping itu saat berada di ruang digital, hargai privasi orang lain dan sadari posisi kita misalnya kepada orang yang lebih tua, guru, dan teman. Menerapkan sikap toleransi dan tidak menyinggung SARA karena sangat sensitif. Etika yang termasuk penting terkait memberikan informasi adalah saat menyebarkan konten, baik itu di What’sApp grup keluarga maupun media sosial. Selalu lihat data, fakta dan konfirmasi dulu kebenarannya jangan sampai ternyata yang kita bagikan adalah hoaks.
Webinar juga mengundang nara sumber seperti Tantan H Sekum DPD PGM Indonesia Kabupaten Bandung Barat, Ahmad Sanukri, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bandung Barat, Eddy P Purnomo, Digital Business Project Manager OCBC NISP, dan Riri Damayanti, seorang Digital Creator.