Berita bohong atau hoaks itu sangat berbahaya di era teknologi informasi saat ini. Banjir informasi yang tercampur dengan berita bohong itu dapat merusak zaman teknologi canggih ini. Sebab, akan menimbulkan perpecahan di masyarakat.
Sebab, ciri-ciri hoaks bersifat menyerang apalagi pada saat masa-masa politik kadang-kadang kita tidak lagi bisa membedakan mana yang benar dan salah. Selain itu informasi hoaks juga memiliki judul provokatif dan tidak sesuai dengan isi informasinya.
Yuli Hartati, guru produktif multimedia SMKN 1 kota Bogor menjelaskan, saat membaca berita jangan hanya judul lantas disebarkan. Kita harus baca sampai selesai sehingga kita mampu memahami apakah informasi itu benar atau tidak.
“Apalagi ada kata-kata segera kirim ke lima grup hati-hati pada saat kita membagikan itu, kita sudah menyebarkan hoaks. Ciri-ciri hoaks lainnya yakni ada fakta yang disembunyikan. Misalnya, tersebar foto dua orang bersama, faktanya sebenarnya mereka pergi sekeluarga tapi yang terjadi beritanya pergi hanya berdua fakta yang disembunyikan adalah ciri-ciri hoaks,” jelasnya saat mengisi webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Jumat (26/11/2021).
Maka, yang harus dilakukan ketika menemui berita hoaks adalah laporkan konten ke Kominfo melalui email aduan konten. Kemudian, penting untuk menyaring sebelum membagikan, saring yang dimaksud ialah mencari kebenaran dari informasi tersebut. Paling tidak memastikan itu bukan informasi bohong dengan tujuan buruk.
Intinya, jangan mudah percaya dengan gambar atau video yang muncul di internet sebab semua dapat diedit dan dibuat sesuai dengan harapan pembuatnya. Ketika memeriksa informasi perhatikan elemen berita seperti tanggal kejadian, juga narasumber yang tepat jika tidak ada patut diwaspadai. Manfaatkan Google untuk menganalisis, coba cari referensi dari Google jika ada sebuah kejadian biasanya akan banyak muncul berita di sana.
“Jadilah generasi kritis yang tidak mudah menyebarkan informasi yang tidak jelas. Harus peduli apa yang akan terjadi atau dampak negatif yang mungkin ternyata. Bukan hanya untuk orang lain bahkan negara tetapi juga untuk diri kita sendiri,” tuturnya.
Gunakan digital skill atau kemampuan lain untuk dapat terus berkarya di dunia digital. Jika bekerja di konten kreatif digital jangan sampai memproduksi hoaks justru harus dapat membasmi segala berita bohong. Jadilah warga digital terbaik, jempolu harimaumu yang akan siap menerka. Jadi marilah menjadi pejuang anti berita bohong, bukan generasi yang asal dalam menerima informasi.
Webinar juga menghadirkan pembicara Eko Prasetyo (Co-founder Syburst Corporation), Sugiharti (Pegiat Literasi Digital), Fajar Eri Dianto (Ketua Umum Relawan TIK), dan Kila Shafia sebagai Key Opinion Leader.