Fakta pengguna internet di Indonesia saat ini telah mencapai 73,3 persen dari populasi. Aktivitas belanja online pun menjadi hal lumrah di kalangan masyarakat. Bahkan, di tahun 2020 total transaksi online mencapai Rp 621 triliun.
“Di tengah-tengah kita hadir e-commerce. Orang Indonesia juga cepat menanggapi hal baru ini sehingga Indonesia masuk menjadi negara pertama yang menggunakan e-commerce tertinggi,” tutur Nindy Tri Jayanti seorang entrepreneur dalam webinar Webinar Gerakan Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Senin (29/11/2021).
Dengan dampak positif tersebut, penggunaan e-commerce turut menyumbang dampak negatif berupa penipuan online. Data Polri, September 2020 menyatakan jumlah laporan akan kasus penipuan online tergolong tinggi. Kasus penipuan online saat berbelanja tidak hanya berlaku pada pembeli, tetapi juga penjual.
Agar kita tidak mudah menjadi korban penipuan online, kita harus mempertimbangkan beberapa hal sebelum melakukan transaksi online. Pertama, mencari tahu reputasi penjual. Lihat jumlah followers, engagement, dan interaksi antara toko online dengan followersnya. Kedua, menghindari transaksi secara langsung. Pastikan gunakan rekening bersama seperti pada marketplace. Ketiga, hapus data sebelum membuang bungkus paket. Karena di paket tertera data pribadi kita yang berpotensi untuk disalahgunakan oleh oknum tidak bertanggung jawab.
Banyak yang perlu kita cari tahu sebelum melakukan transaksi untuk menghindari kejadian tidak diinginkan. Kita juga bisa memeriksa nomor telepon penjual dan rekening penjual. Apabila pernah melakukan tindak kriminal seperti akan terdeteksi.
Beberapa ciri dari toko online penipu di platform Instagram umumnya membatasi komentar, menawarkan harga jauh di bawah pasaran, serta tidak ada testimoni langsung dari pembeli.
“Kebanyakan penipu tidak memiliki akun e-commerce. Mereka lebih mengutamakan transaksi secara langsung. Jadi kalau menemukan ciri-ciri seperti itu, lebih baik dilewatkan saja,” tutupnya.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Michael Sjukrie (PADI Course Director), Rendi Saeful Ajid (RTIK Jawa Barat), Reza Haryo (Group CFO Floaton Bahari Indonesia), dan Kila Shafia sebagai Key Opinion Leader.