Kebudayaan lokal yang dimiliki setiap daerah di Indonesia dapat kita pamerkan di ruang digital. Kita dapat membuat konten dalam berbagai bentuk misalnya video kreasi dan berkolaborasi dengan banyak pihak agar konten yang dihasilkan lebih menarik.
Dudung Zulkipli, guru produktif SMKN 1 Cirebon dan programmer di ArkaTech.id mencontohkan di daerah Cirebon membuat tari topeng ataupun budaya tentang budaya daerah. Maka kolaborasi yang dapat dilakukan adalah dengan merangkul komunitas seni di Kota Cirebon ataupun bekerjasama dengan lembaga atau Pemerintah daerah.
Sebagai pengguna internet, kita perlu partisipatif untuk mempromosikan budaya yang ada di Indonesia. Namun, seperti halnya dua mata pisau, perkembangan teknologi memiliki sisi negatif dan positif. Salah satu sisi negatif yaitu penyalahgunaan perkembangan teknologi.
“Semakin cepat perkembangan teknologi, maka muncul kejahatan, kedua materi digital mudah disalin. Kita memang sekarang mudah mencari informasi melalui Google tinggal mengetikkan kata kuncinya Google akan memberikan informasi. Sebagai pelajar jika membuat tugas atau karya ilmiah. Hati-hati ketika mencari atau menyalin data dari internet harus menuliskan sumbernya dari mana. Jika sembarangan copy paste informasi dari internet tanpa menuliskan sumbernya pasti akan terkena hak cipta atau hak atas kekayaan intelektual,” ungkapnya saat menjadi pembicara dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Selasa (30/11/2021).
Sisi negatif teknologi digital juga dapat mempengaruhi hubungan antara objek ruang dan waktu. Dimanapun objek, dimanapun ruang dan waktu. Kita bisa memanfaatkan teknologi komunikasi tanpa dibatasi oleh ruang objek dan waktu jadi membutuhkan waktu yang lama saat sedang berada di ruang digital.
Indonesia berada di peringkat 74 dari 79 negara dalam tingkat literasi, maka Indonesia tergolong masih rendah. Sehingga berdampak pada masyarakat Indonesia. Umumnya dengan tingkat literasi yang rendah memungkinkan memiliki tingkat emosi yang tinggi sehingga berdampak bagi budaya Indonesia. Semakin lama menggunakan internet dapat berpeluang menyebarkan berita bohong atau hoaks.
Banyak langkah yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan literasi di antaranya adanya program literasi digital yang dilakukan oleh Kemenkominfo. “Sekarang ini dan ada kebijakan mengganti yang namanya ujian nasional dengan yang namanya asesmen kompetensi minimum. Untuk belajar dari jenjang dasar dan menengah agar tingkat literasi atau numerasi belajar menjadi lebih baik,” jelasnya.
Sudah sepatutnya sebenarnya adanya penerapan budaya digital melalui penguatan karakter bangsa dan rasa cinta terhadap produk dalam negeri. Sehingga memperkuat kolaborasi budaya visual menjunjung tinggi multikulturalisme. Hasilnya dapat mendorong pelestarian seni melalui media digital.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Evan Samuel (Digital Marketing Specialist), Sugiarti (Instruktur Edukasi4ID), Tim Hendrawan (Creative Director), dan Rio Silaen sebagai Key Opinion Leader.