Digitalisasi membawa pengaruh yang luas pada budaya karena munculnya internet sebagai bentuk komunikasi massal dan meluasnya penggunaan komputer pribadi dan perangkat lain seperti smartphone. Teknologi perkembangan dunia digital sudah mencapai semua aspek, dimudahkan oleh kemajuan dunia digital.
Udin, Wakil Kepala SMAN 7 Bandung dan Ketua MGMP Biologi Kota Bandung mengatakan, kini jika memiliki keinginan hanya sekali klik. Bahkan perkembangan dunia digital telah merambah juga lebih spesifik kepada proses kegiatan belajar mengajar. Dalam hal pengerjaannya dibandingkan dikerjakan oleh manusia yang memiliki titik lemah dengan kemajuan digital ini segala kekurangan dapat teratasi.
Kita juga kini dapat beraktivitas dari mana saja, kapan saja asal pada koneksi internet. Kemajuan ini yang berdampak positif atau hasil yang dapat dirasakan oleh kita sebagai manusia. Namun ternyata kemajuan digital ini memiliki sisi yang negatif yang yakni timbulnya jika penyalahgunaan teknologi banyak terdengar seperti kejahatan digital dan hal lain yang mengganggu aktivitas di ruang digital.
“Dalam dunia pendidikan, menurut laporan-laporan yang diberikan oleh para guru, anak-anak belum bisa memanfaatkan internet secara optimal. Tentang penggunaan digital untuk belajar mengajar ini sehingga apa yang didapatkan oleh anak itu adalah hampir bersinggungan dengan sisi negatif dari kemajuan digital,” ungkapnya saat menjadi pembicara dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (30/11/2021).
Jadi, budaya digital adalah bagaimana setiap individu menyadari ketika kita memasuki era digital maka secara otomatis dirinya telah menjadi warga negara digital.
Maka, diharapkan jadilah masyarakat digital yang berbudaya Indonesia. Memiliki kewajiban untuk melakukan aktivitas kita hanya berlandaskan pada nilai-nilai kebangsaan yakni Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
Kedua itu merupakan panduan kehidupan berbangsa bernegara dan berbudaya di Indonesia. Sebagai warga negara kita patut menyadari setiap kita merupakan bagian dari negara majemuk multikultural dan sekaligus demokratis.
“Nilai kehidupan berbudaya berbangsa dan bernegara bermasyarakat Indonesia tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila beserta rumusannnya. Nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai landasan kecakapan digital seperti pada sila pertama cinta kasih itu beragama dengan baik. Membangun relasi dengan Tuhan Yang Maha Esa serta menjalin relasi dengan sesama manusia Habluminallah dan Habluminannas kalau dalam Islam,” jelasnya.
Beragama dan beribadah menjadi hak warga negara sehingga timbul hak kewajiban untuk menghormati agama dan ibadah orang lain. Kita tidak boleh memaksakan agama dan keyakinan dan cara beribadah kepada orang lain. Kita tidak boleh melakukan perundungan baik verbal maupun nonverbal berdasarkan agama.
Kecakapan budaya digital terkait nilai Ketuhanan Yang Maha Esa dimulai dengan kemampuan untuk mengeksplorasi dan sekaligus memilah informasi tentang agama dan kepercayaan dari sumber yang kredibel yang memungkinkan adanya kajian secara online. Hati-hati juga terhadap sumber saat kita kajian, kita harus tetap memiliki pembimbing secara langsung untuk bertanya secara langsung.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Rabindra Soewardana (Director Radio Oz Bali), Atib Taufik (Ketua MGMP Koran Depok), Erri Ginandjar (GA Radio Oz Bali), dan Aflahandita sebagai Key Opinion Leader.