Head of Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Freddy Tedja menilai perbaikan fundamental ekonomi Indonesia berperan sebagai penopang sentimen di pasar saham domestik pada 2022.
“Kesiapan Indonesia dalam menghadapi perubahan kebijakan moneter dan fiskal di tahun ini ditunjukkan oleh aliran dana asing yang masuk secara stabil ke pasar saham Indonesia,” ujar Freddy dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
Optimisme pemulihan aktivitas ekonomi, fundamental ekonomi yang semakin baik, stabilitas nilai tukar rupiah, serta pendekatan investor yang “forward looking past pandemic”, mendorong masuknya aliran dana asing di pasar saham Indonesia.
Sementara itu, lanjut Freddy, pasar obligasi Indonesia sudah lebih siap dalam menghadapi volatilitas eksternal. Kondisi fundamental yang suportif menjadi penopang pasar obligasi Indonesia di tengah tingginya sentimen eksternal.
Fundamental yang suportif terlihat dari imbal hasil riil yang tinggi, defisit neraca berjalan yang mengecil, cadangan devisa yang meningkat, likuiditas domestik yang memadai, dan pasokan yang terkendali.
Di tengah kondisi saat ini, investor harus melakukan diversifikasi portofolio investasi. Investasi pada kedua instrumen, baik saham maupun obligasi, akan menjaga risk-return portofolio investor.
“Saham dapat menjadi performance kicker yang didukung oleh potensi pemulihan ekonomi, sedangkan obligasi dapat memberikan kinerja yang lebih moderat dengan risiko yang lebih rendah,” kata Freddy.
Menurut Freddy, keduanya sebaiknya dimiliki oleh investor sebagai diversifikasi aset pada portofolio di tengah kondisi global yang fluktuatif.
Dari global, The Fed telah mempertegas perubahan arah kebijakannya, dengan lebih menekankan pada pentingnya penanggulangan inflasi, memberikan sinyal kenaikan suku bunga lebih cepat dan sinyal pengurangan neraca (quantitative tightening).
Seiring perubahan arah kebijakan itu, antisipasi pasar terhadap jumlah kenaikan suku bunga menjadi semakin agresif, berada pada kisaran kenaikan 4-5 kali pada 2022.
Namun, perlu diingat bahwa dalam memutuskan kebijakan, The Fed akan tetap data “dependent”, artinya keputusan menaikkan suku bunga akan tetap didasari pada perkembangan data perekonomian terkini, terutama terkait inflasi, arah pertumbuhan ekonomi, dan pandemi COVID-19.