– Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Dalam Tekanan Akibat Sentimen Eksternal. Selama pekan ini, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan disertai ketidakpastian, terutama karena meningkatnya kekhawatiran investor terhadap perekonomian Amerika Serikat (AS) yang belum stabil, kenaikan inflasi, dan kenaikan harga minyak dunia. IHSG diproyeksikan bergerak terbatas dengan kisaran support di level 6.865 dan resistance di level 7.050, berdasarkan penutupan pada Jumat (6/9/2023) di level 6.924.
Praska Putrantyo, CEO Edvisor.id, mengungkapkan bahwa meskipun IHSG masih memiliki potensi penguatan, peluang tersebut akan terbatas akibat sentimen negatif dari luar. Selama pekan ini, IHSG diperkirakan kesulitan untuk mencapai level 7.000 karena adanya ketidakpastian terkait perekonomian AS yang masih belum stabil dan perlambatan laju inflasi di China hingga mencapai 0,1% pada Agustus 2023. Selain itu, pelaku pasar juga menantikan rilis data inflasi tahunan AS yang diproyeksikan akan naik kembali ke 3,4%.
“Sentimen perlambatan ekonomi China dan perkiraan GDP Uni Eropa yang melemah di kuartal III-2023 membuat para investor cenderung bersikap wait and see. Selain itu, kurs rupiah juga masih mengalami pelemahan terhadap dolar AS. Kemungkinan adanya kenaikan suku bunga oleh the Fed juga menjadi faktor yang membuat IHSG sulit untuk bertahan di atas level 7.000. Ini ditambah dengan aksi jual investor asing di akhir pekan sebelumnya yang mencapai Rp 1,11 triliun,” jelas Praska kepada Investor Daily di Jakarta, Sabtu (9/9/2023).
Meskipun demikian, IHSG dapat mengalami kenaikan akibat distribusi dividen interim oleh beberapa perusahaan. Selain itu, investor juga mencermati kebijakan suku bunga acuan BI 7 Day RR yang akan diumumkan pada 20 September 2023, mengingat tekanan pada kurs rupiah dan inflasi domestik yang meningkat, meskipun masih dalam koridor target Bank Indonesia. “Di sisi lain, harga komoditas energi menguat karena keterbatasan pasokan,” tambahnya.