Masa kejayaan Pasar Tanah Abang, yang dikenal sebagai pasar grosir tertua dan terbesar di Asia Tenggara, mulai meredup. Pandemi COVID-19 dan persaingan dari platform belanja online telah berdampak signifikan pada penjualan di pusat perbelanjaan ini, bukan hanya di Jakarta tetapi juga di beberapa daerah lainnya.
Perumda Pasar Jaya melaporkan bahwa penjualan di Pasar Tanah Abang turun lebih dari 20%, dan sejumlah kios telah tutup karena pemiliknya beralih ke penjualan online atau usaha lain. Saat ini, terdapat sekitar 13.000 kios di Pasar Tanah Abang. Penurunan aktivitas ritel tidak hanya mempengaruhi pendapatan ekonomi, tetapi juga mengakibatkan pengurangan tenaga kerja dan melambatkan pertumbuhan sektor properti.
Salah satu pelaku usaha, Zeni Weti, mengungkapkan kelesuan dalam berjualan di Pasar Tanah Abang selama setahun terakhir. Ia menjual busana anak-anak di kiosnya dan merasakan penurunan signifikan dalam penjualan eceran. Zeni mengatakan bahwa lebih banyak pembeli beralih ke belanja online daripada datang langsung ke pasar fisik. Untuk penjualan grosir pun, jumlahnya juga menurun karena pedagang di pusat belanja lainnya juga mengalami penurunan pelanggan.
Penurunan omzet ini mengakibatkan kesulitan dalam memenuhi berbagai biaya operasional, termasuk sewa toko, biaya listrik, dan gaji karyawan. Meskipun penjualan menurun, pengelola pasar tidak memberikan keringanan biaya kepada pedagang.
Bhima Yudhistira, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), menjelaskan bahwa biaya-biaya seperti sewa kios dan biaya transportasi yang dibebankan kepada konsumen membuat bisnis ritel semakin kurang kompetitif. Dia juga mencatat bahwa dalam perdagangan online, banyak pemain besar yang memotong rantai distribusi, sehingga harga lebih murah. Ini membuat belanja di ritel fisik menjadi kurang menarik bagi konsumen.
Piter Abdullah, Direktur Eksekutif Segara Research Institute, mengatakan bahwa perubahan dalam gaya hidup konsumen telah memengaruhi pasar fisik seperti Pasar Tanah Abang. Masyarakat merasa lebih nyaman berbelanja online, mengingat faktor keamanan dan kenyamanan. Dia menekankan perlunya keadilan dalam pengaturan perdagangan online dan offline serta pengawasan terhadap perdagangan ilegal.
Wakil Ketua Umum Kadin, Sarman Simanjorang, menyatakan keprihatinannya atas penurunan transaksi yang signifikan di Pasar Tanah Abang dan menggambarkan betapa pentingnya pasar ini dalam beberapa dekade sebelumnya sebagai pusat perdagangan fashion yang terkenal di kawasan Nusantara dan ASEAN.
Dalam situasi yang semakin kompetitif ini, penting bagi pedagang fisik untuk terus berinovasi dan memanfaatkan teknologi untuk mempertahankan bisnis mereka. Pemerintah juga diharapkan untuk turun tangan dalam membantu pedagang pasar tradisional seperti Pasar Tanah Abang untuk mengatasi tantangan ini. Selain itu, regulasi yang seimbang antara perdagangan online dan offline juga perlu diterapkan untuk memastikan persaingan yang adil dalam industri ritel.