Bank sentral Israel telah mengambil tindakan ekstrem untuk menahan volatilitas shekel, mata uang Israel, yang menghadapi ketegangan terbesarnya dalam dua dekade akibat serangan oleh pejuang Hamas.
Bank sentral tersebut telah mengumumkan rencana untuk menjual cadangan devisa senilai USD30 miliar, setara dengan Rp704,9 triliun, untuk mendukung nilai mata uang. Selain itu, mereka tidak menutup kemungkinan memperpanjang jumlah tersebut hingga USD45 miliar melalui mekanisme swap.
Meskipun shekel telah mengalami penurunan nilainya, Bank of Israel tetap optimis dan belum merencanakan untuk menaikkan suku bunga darurat. Tindakan luar biasa ini menjadi pertama kalinya bank sentral Israel menjual valuta asing untuk menopang shekel dalam perdagangan bebas. Mata uang shekel melemah 2,7% terhadap dolar, mencatatkan kinerja terburuk di dunia, dan mencapai level terlemah dalam tujuh tahun terakhir.
Pasar keuangan dan pasar modal Israel juga merasakan dampak konflik Israel-Palestina ini. Indeks saham utama Israel, TA-35 Index, mengalami penurunan signifikan, sementara negara-negara lain di Timur Tengah juga merasakan dampak dari eskalasi konflik ini. Ini merupakan situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Israel, dan bank sentral sedang berupaya untuk menjaga stabilitas ekonomi di tengah ketidakpastian yang meningkat.