Crowd Funding Menjadi Tren
Platform digital nyatanya dapat membantu urusan masyarakat termasuk soal permasalahan sosial. Beberapa tahun terakhir tren crowdfunding menjadi tren. Warga net bersama-sama menyisihkan uangnya untuk membantu sesama. Bukan hanya uang namun dalam bentuk tanda tangan.
Media sosial kini memang berkembang saat bukan hanya untuk berjejaring, berdagang namun juga dapat mengubah sebuah kebijakan hasil aksi bersama. Bukan hanya itu media sosial juga memfasilitasi partisipasi berpolitik kita dalam bernegara walaupun skalanya masih sangat kecil.
Hal tersebut disampaikan Romzy Ahmad, asisten Staf Ahli Presiden yang mengisi Webinar Gerakan Literasi Digital Nasional 2021 untuk wilayah Kota Bandung pada Kamis (3/6/2021). Dia mengatakan, masyarakat Indonesia jika ingin terlibat pada isu-isu politik, perubahan kebijakan kini semakin mudah hanya memberikan dominasi mikro berbentuk petisi online di change.org. “Kita tidak tahu tanda tangan kita yang hanya beberapa kali itu mungkin saja bisa mempengaruhi kebijakan pemerintah,” tuturnya.
Romzy menyebut seperti kitabisa.com yang dapat mengumpulkan uang lebih banyak dibanding Badan Amil Zakat Nasional ataupun propaganda yang dilakukan pemerintah. Gerakan anak muda yang digagas oleh pemuda cakap teknologi ini memang luar biasa. “Indonesia Runners lebih bisa mengajak banyak orang untuk berlari daripada Kementerian Pemuda dan Olahraga,” sambungnya.
Hal tersebut dinamakan tata dunia baru dimana sesuatu yang sudah lama berdiri, biasanya dimiliki oleh status quo pemerintahan atau kelompok yang sudah lama itu perlahan terdisrupsi oleh kelompok baru yang berbasis digital seumur jagung itu.
Sebab, ternyata ada sebuah peran baru di dalam dunia sosial yang terkadang memprihatinkan ini. Mereka muda yang selalu berpikiran digital, merasa apapun permasalah dapat dicarikan solusi dengan produk digital.
“Para generasi muda ini juga berkumpul, bisa dari berbagai wilayah di Indonesia bahkan dari seluruh negara jika membahas isu dunia. Berkumpul untuk sama-sama bertukar pikiran mencarikan solusi,” jelas Romzy.
Mereka mulai mencari sumber daya manusia yang ahli untuk memecahkan masalah. Membuat platform atau kampanye yang disebarluaskan hingga akhirnya dapat bekerja sama untuk membangun sebuah ekosistem sendiri.
Kemampuan digital berbasis budaya digital sangat penting saat ini, seiring terus berkembangnya teknologi di dunia digital. Kemampuan digital ini juga bagian dari literasi yang sedang digencarkan pemerintah.
Presiden Joko Widodo dalam sambutannya saat meluncurkan Gerakan Literasi Digital Nasional 2021 mengungkapkan, pemerintah telah menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada 2021. Dan akan berulang setiap tahunnya, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Oleh karena itu, dibutuhkan penyelenggaraan kegiatan literasi digital yang massif di 514 kabupaten/kota, di 34 provinsi, di Indonesia.
Gerakan ini diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Siberkreasi yang membahas empat pilar literasi digital yaitu digital skill, digital safety, digital ethics dan digital culture. Keempat topik besar tersebut memiliki peranan penting dalam bermedia digital.
Selain Romzy pada kesempatan webinar kali ini juga kedatangan pembicara yakni dosen UI Devi Rahmawati yang menjelaskan etika digital, Fikri Andika dari Nect Generation tentang keamanan digital dan terakhir kisah sukses digital marketing Denden Sofiudin.