Saat Pandemi bukan hanya virus saja yang berbahaya namun informasi bohong alias hoax juga mengancam masyarakat. Menurut UNESCO, tidak hanya pandemi penyakit, COVID-19 juga menyebabkan pandemi informasi (disinfodemi) yang secara langsung berdampak pada kehidupan banyak orang. Kebohongan dan kesalahan informasi telah terbukti mematikan dan menyebarkan keresahan dan kepanikan di masyarakat.
Menurut data Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) hingga awal Juni 2021 sudah ada 1625 hoaks mengenai Covid-19. Menurut Indriyatno Banyumurti, Tim Komunikasi Publik Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional dalam webinar Literasi Digital di Kota Bandung, Jawa Barat pada Senin (7/6/2021) mengatakan, jumlah itu merupakan hoaks mengenai Covid-19 saja bukan yang lain.
“Itu artinya, kurang lebih setiap harinya ada 3 – 4 hoaks bermunculan di Tanah Air.
Informasi hoaks tidak kenal libur, tidak ada Lebaran selalu muncul hoaks baru ini. Ini cukup miris, hoaks baru kadang juga didaurulang yang menandakan kita memang perlu mendorong literasi digital,” jelasnya.
Sebab, hoaks mengenai Covid-19 sangat berbahaya mengakibatkan banyak masyarakat akhirnya mengabaikan protokol kesehatan. Seperti tidak mau divaksin, menyepelekan obat-obatan yang dapat mengancam keselamatan diri dan sebagainya. Parahnya, hoaks menyebar lebih cepat daripada klarifikasi itu sendiri, sehingga dapat dibayangkan bagaimana hoaks dapat menebar kekhawatiran berlebih dalam masyarakat.
Disadari atau tidak, hoaks banyak berada di media sosial karena adanya algoritma yang dirancang untuk menyaring bacaan untuk kita. Aplikasi media sosial akan tahu apa yang disuka penggunanya, yang menjadi preferensi sehingga yang dilihat ialah semua yang sesuai dengan mereka.
“Akibatnya kita seperti pakai kacamata kuda di media sosial. Kita tidak lagi melihat mana yang postingan yang tidak sesuai pendapat kita. Informasi yang datang akan langsung kota percaya sekalipun hoaks,” ungkapnya.
Maka agar masyarakat semakin sadar akan kehadiran hoaks dan tidak mempercayainya, webinar Literasi Digital Nasional 2021 digelar oleh Kemenkominfo bekerjasama dengan Siberkreasi. Webinar ini merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini bertujuan untuk mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitif untuk mengidentifikasi hoaks serta mencegah terpapar dampak negatif penggunaan internet. Empat pilar utama dalam literasi digital yakni Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.
Pembicara webinar kali ini juga dihadiri oleh pakar IT, Bambang Iman Santoso yang mengulas mengenai kemampuan digital. Gilang Jiwana Adikara dari Japelidi paparannya tentang aman bermedia digital dan Bambang Sadono dosen Universitas Semarang mengenai etika digital.