Pandemi Covid-19 memang membuat banyak orang terpuruk namun beberapa bangkit untuk meningkatkan kemampuannya. Sebut saja Moch. Latif Faidah, pendiri komunitas Pintu Bahasa yang langsung mengikuti program kartu pra kerja. Dia menjadi alumni angkatan pertama program kartu Pra kerja untuk meningkatkan kemampuan digital yang masih berkaitan dengan keahlian kebahasaannya. Latif mengambil kelas untuk konten dan copywriting.
Menjadi pembicara dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di Kabupaten Subang, Jawa Barat, Rabu (16/6/2021) dia menjelaskan, era 4.0 kebahasaan terkait dengan robot machine learning artificial intelijen (AI). “Ada hal-hal yang memang belum kita bayangkan sebelumnya tapi juga mata pencaharian atau profesi di bahasa yang berkaitan dengan teknologi,” ucapnya.
Dia memaparkan, di dalam mesin learning itu bagaimana berbicara mesinnya, dapat dilatih, ada data latih istilahnya itu orang-orang bahasa atau teks anotator atau teks validator. Dua profesi yang berkaitan dengan robot muncul dari kemampuan mereka yang ahli bahasa.
Pengguna internet di Indonesia sudah sebanyak 73.7% berdasarkan survei APJI pada 2019-2020 atau quarter kedua yang notabene di awal pandemi. Angka ini semakin meningkat, sudah sampai 202 juta populasi masyarakat Indonesia yang juga mengakses internet lain. Jika ditarik ke bonus demografi tahun 2030 yang jadi soal apakah kita akan menjadi seorang yang cakap digital atau memang kita biasa saja.
“Kita mau jadi seorang trendsetter atau follower. Jadi semakin banyak yang mengakses internet kita akan jadi pengikut atau kita sebagai pencipta perubahan. Jika tidak ingin hanya sebagai pengikut, di dunia digital yang semakin pesat ini maka digital skill harus dimiliki,” ungkapnya.
Digital skill merupakan kemampuan individu dalam mengetahui memahami menggunakan perangkat keras dan piranti lunak teknologi informasi dan komunikasi. Serta sistem informasi digital dalam arti ketika kita ingin beralih ke dunia digital spesifikasi perangkat keras seperti apa spesifikasinya dan minimal bisa mengoperasiman laptop, komputer dan gawai.
Latif menjelaskan, adanya perubahan yang dilakukan masyarakat dalam bermedia sosial. Misalnya YouTube, sebelum pandemi, warga net hanya melihat YouTube itu hanya menonton hiburan. Tapi kini, kita bisa mengikuti rekaman seminar online atau webinar. Kemudian Tiktok yang dulu dipopulerkan Bowo Alpenliebe dan banyak dihujat karena konten hanya joget-joget.
“Sekarang kita juga lihat TikTok sudah beralih dalam artian banyak konten-konten edukatif muncul bahkan di awal pandemi para dokter tidak sedikit yang mengedukasi masyarakat melalui Tiktok,” tambahnya
Begitu juga dengan aplikasi Zoom yang tidak banyak dikenal hanya dipakai para pekerja kantoran. Tetapi sekarang semua kalangan terbiasa mulai anak TK hingga mereka yang duduk di bangku perkuliahan sangat akrab dengan aplikasi Zoom.
Media sosial juga sebagai alat komunikasi untuk berkomunikasi dengan siapapun tidak jarang juga sebagai menyimpan file dan kini digunakan untuk berdagang. Seperti di Instagram kini tersedia fitur toko untuk berdagang dan terakhir media sosial sebagai wadah memamerkan karya berupa berbagai konten.
Seperti yang diharapkan Presiden Joko Widodo, program literasi digital nasional ini menjadi gerakan yang terus menggelinding dan terus membesar. Sehingga mendorong berbagai inisiatif di tempat lain melakukan kerja-kerja konkrit di tengah masyarakat agar makin cakap memanfaatkan internet untuk kegiatan edukatif dan produktif.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama Siberkreasi di wilayah Kabupaten Subang, Jawa Barat, Rabu (16/6/2021) ini juga menghadirkan pembicara Matahari Timoer (Kordinator literasi digital ICT WATCH), Pipit Andriani (Public Speaking Coach), Anita Wahid (Wakil Ketua Siberkreasi), dan Key Opinion Leader Junnissan Melvian.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.