Adanya teknologi informasi mengubah semua aspek kehidupan kita. Dari media komunikasi, perbelanjaan, logistik dan transportasi, hiburan, bisnis dan keuangan, pendidikan, pekerjaan dan kehidupan percintaan dan sebagainya.
“Bahkan sampai relationship terdampak. Salah satunya ada Tinder di mana orang nyari pacar dan jodoh di sini. Saya nggak tahu bisa seefektif apa tapi banyak cerita tentang Tinder ini, tapi artinya banyak orang percaya atau mempercayakan kehidupan pribadinya sampai asmara ke dunia digital,” ujar Taufik Aulia Rahmat, ST. seorang Penulis & Content Creator dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, Jumat (18/6/2021).
Budaya pun berubah. Secara sederhana budaya adalah hasil cipta, rasa, dan karsa manusia. Dari zaman ke zaman ada kebutuhan manusia, kerja, interaksi. beraktivitas, itu semua yang melahirkan budaya. Budaya terbentuk karena gagasan, pikiran, nilai, perilaku atau aktivitas, dan alat bantu.
Teknologi infornasi ini salah satu alat bantu yang diciptakan manusia tapi ternyata mengubah manusia itu sendiri. Tanpa sadar setiap bangun tidur pun perilaku kita berubah. Banyak orang terdampak baik dan buruk karena perkembangan informasi.
“Marilah kita lebih aware agar kita bisa menyesuaikan dan mempertahankan hal-hal baik yang ada di diri kita selama ini, jangan sampai menggerus identitas kita, nilai yang kita anut selama ini,” tutur Taufik.
Ia pun menyarankan agar pengguna digital belajar berpikir terbuka dan saling menghargai pendapat orang lain. Bukan berarti karena di media sosial, kita bisa seenaknya berkomentar atau mengunggah apapun yang kita mau. Jejak digital tidak akan hilang selamanya sekalipun sudah kita hapus. Jika hari ini share hal jelek mungkin akan berimbas pada kita 5 – 10 tahun mendatang.
Ada beberapa hak digital di antaranya hak atas akses digital, kebebasan berekspresi, perlindungan datas pribadi dan privasi dan hak kekayaan intelektual. Maka jangan sampai mengupload sesuatu yang terlalu pribadi seperti KTP, KK atau alamat detail rumah, baik data sendiri ataupun orang lain.
Hal itu pun dibenarkan Vhie Saliendra, Content Creator Bandungtanpakamu, dalam kesempatan yang sama. Menurutnya kita harus bisa mulai membedakan mana hal-hal yang boleh dibagikan kepada publik, mana yang untuk konsumsi pribadi.
“Kondisi terparah yang saya lihat segala hal yang datang ke hidup kalian entah bangun tidur mandi, makan hangout atau ntn film dan lain-lain itu malah jadi sifatnya maya. Belum jadi nyata kalau belum ditunjukin ke orang-orang, kalau belum di-upload. Ini harus nya terbalik,” tutur Vhie.
Media sosial digunakan untuk mengungkapkan semua isi kepala bahkan sampai hal ga penting. Bercanda hingga terlalu intim pun kadang dibagikan di media sosial. Hanya agar publik tahu gagasan dan aktivitas kita, seperti butuh pengakuan. Sadar tidak sadar, orang yang seperti itu seperti sudah kecanduan dengan adanya berbagi fitur canggih media sosial. Membuat ketagihan, menjadi pelepasan hormon dopamin.
“Walau kita sudah tahu cara main aman seperti apa di media sosial, tetap kita harus hati-hati, siapapun bisa ceroboh dan kecolongan apalagi ketika semua apapun diunggah, dibagikan untuk publik,” jelasnya.
Ia pun mengutip perkataan Buch Fuller yaitu “umat manusia memperoleh semua teknologi yang tepat untuk semua alasan yang salah”. Teknologi terus maju, sayangnya manusia terus-terusan ceroboh. Ras manusia yang menjadi kambing hitam. Maka tetap berhati-hati menggunakan internet karena jejak digital terus mencatat bahkan ketika kita sedang tidak mengggunakan perangkat kita.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama Siberkreasi di wilayah Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, Jumat (18/6/2021) ini juga menghadirkan pembicara Firman Surya (Relawan TIK Indonesia), Amalaia Chairy, S.Kom,M.T (Relawan TIK, Dosen PTN di Indonesia), dan Key Opinion Leader Clarissa Darwin.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.