Aplikasi percakapan dan media sosial merupakan aplikasi yang semua orang punya. Dan dalam menggunakan ini warga digital harus cakap mengakses, menyeleksi, memahami, memverifikasi, memproduksi, mendistribusikan, berpartisipasi serta berkolaborasi.
Data BSSN menyebut, sebagian besar yang dilakukan di internet ialah bermedia sosial. Hal tersebut tidak menjadi soal kalau dipakai untuk hal positif, kreatif atau produktif. Karena kini banyak orang memiliki pekerjaan di media sosial. Lalu bagaimana kita menggunakan aplikasi percakapan di media sosial secara positif? Dari begitu banyak media sosial, pilih yang paling berguna bagi kita, yang memiliki fitur mudah dan sesuai dengan kebutuhan.
Citra Rosalyn Anwar, Jaringan Penggiat Literasi Digital (Japelidi) menjelaskan, skill yang harus kita miliki saat bermedia digital salah satunya kita mudah melihat mana berita bohong sudah tahu apa ciri cirinya kabar hoaks. Jika masih kurang yakin dengan informasi dapat mengecek melalui hoaks Buster milik Mafindo
“Untuk memproduksi dan mendistribusikan konten seharusnya kita tahu ada UU ITE sehingga kita menjadi lebih hati-hati. Kemerdekaan itu harus bertanggung jawab yang kedua adalah waspada terhadap jejak digital dan bertanggungjawab siap menghapus dan meralat jika berbuat salah,” jelasnya dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Jumat (25/6/2021).
Pahami juga ketika kita berinteraksi di media sosial ada simbol yang sering memberikan masalah. Menggunakan berbagai simbol dan memaknai sesutu dengan apa yang mereka pahami tanpa kemudian mencoba untuk mencari tahu dari sini nih biasanya timbul berbagai macam persoalan.
Media sosial juga menyasar pada pengguna kelompok khusus yaitu teman-teman disabilitas, mereka yang berada di daerah 3T dan kelompok rentan. Kelompok rentan terdiri dari kelompok lansia, anak remaja dan perempuan.
“Lansia karena mereka terlahir sebagai baby boomers di mana mereka memang digital immigrant harus belajar lagi bahwa tidak semua yang mereka temukan di internet itu benar. Kadang-kadang warga senior kita justru yang menjadi bagian dari yang menyebarkan informasi hoaks,” tuturnya.
Saat ini memang sudah selayaknya masyarakat berpikir lebih digital. Menyesuaikan dengan kemajuan zaman, dimulai dari lebih mengenal literasi digital.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Jumat (25/6/2021) ini juga menghadirkan pembicara Ariyo Zidni (Pendongeng dan Penulis Buku Cerita Anak), Fikri Muhammad (Hakim Senior Manager Safety Garuda Indonesia), Al Akbar Rahmadillah (Pendiri Sobat Cyber Indonesia), dan musisi Rayi Putra sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.