Perbedaan karakter masyarakat Indonesia di dunia nyata dan online distrupsi teknologi karena adanya perubahan pola konsumsi dan interaksi di media baru. Media baru atau digital ini memiliki karakteristik tertentu seperti berjejaring bersifat global yang memungkinkan kolaborasi dan partisipasi dari pengguna.
Media baru menstimulasi audio visual panca indera kita juga algoritma memaksa kita untu betah mengakses media sosial. Demikian yang disampaikan Dewa Ayu Diah Angendar, Peniliti Center for Digital society (CfDS) saat menjadi pembicara pada Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Jumat (25/6/2021)
Soal informasi, media baru juga mengkonvergensi media, semua dilakukan di dalam satu genggaman. Berita, film, musik sudah menjadi satu tempat. Salah satu uniknya media digital yaitu batas-batas privat dan juga publik menjadi kabur. Kita pikir hanya konsumsi teman kita aja di Instagram atau konsumsi teman kita di Facebook ternyata bisa aja postingan kita di screenshot
Media sosial juga memungkinkan kita untuk menjadi anonim menampilkan diri yang berbeda atau hanya setengah dari apa yang kita biasanya tampilkan di dunia nyata. Anak muda sekarang juga terbiasa memiliki banyak akun.
“Kalau saya tanya mahasiswa di kampus tujuannya, terkadang mereka ingin menjadi berbeda atau tidak diketahui jati dirinya, padahal punya satu dirinya,” jelasnya.
Tindakan tersebut dapat mempengaruhi nantinya pola komunikasi dan interaksi. Terakhir hipertekstual informasi yang tidak ada habisnya semua saling terhubung. Masyarakat untuk mengakses kebebasan akses internet seperti ketersediaan infrastruktur dan kesetaraan akses antargender. Hak untuk berekspresi jaminan atas keberagaman konten, bebas menyatakan pendapat dan penggunaan internet untuk aktivis sosial.
“Tidak masalah untuk kita menggalang dana meminta bantuan atau bercerita atau meminta orang membantu,” tuturnya.
Warga digital juga memiliki hak untuk merasa aman bebas dari perundungan diskriminasi penyadapan pemantauan tanpa landasan hukum perlindungan atau atas privasi hingga aman dari penyerangan secara daring.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Jumat (25/6/2021) ini juga menghadirkan pembicara Dewi Tamara (Ketua bidang program dan edukasi (IWiTA) Women IT Awarness), Amalia Chairy (Relawan TIK), Septiaji Eko Nugroho (Pendiri Mafido), dan Clarissa Darwin sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.