Masyarakat Indonesia kini menjadi lebih mudah karena ada internet untuk mengakses informasi, berita, ilmu pengetahuan namun banyak budaya yang berubah. Perubahan media komunikasi yang digunakan masyarakat Indonesia tidak terlepas dengan perubahan teknologi komunikasi yang ada. Ketika media komunikasi beranjak cepat menuju digital maka praktek budaya kita pun mau tak mau mengalami perubahan
“Misalnya kebudayaan suatu daerah biasanya dipertontonkan daerah api sekarang bisa dilihat oleh daerah lain bahkan di luar Indonesia dengan adanya dunia digital,” ujar Muhamad Sahid, Dosen komunikasi UIN Alauddin Makassar dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupen Subang, Jawa Barat, Jumat (25/6/2021).
Sudah saatnya bangsa Indonesia mengubah paradigma menjadi mengglobalkan kearifan lokal. Bertindak lokal berpikir global sebagai bangsa yang kaya dengan budaya dan nilai-nilai luhur. Sudah saatnya kita bertindak untuk mengglobalkannya.
“Bertindak lokal dan berdampak global dalam informasi digital ini yaitu kita melakukan tindakan bersifat local tapi memberikan dampak global. Ini sangat mungkin dilakukan. Contohnya konten kreator yang fokus pada budaya atau podcaster menceritakan kisah legenda Tanah Air bisa membuat Indonesia lebih dikenal di dunia,” tutur Sahid.
Indonesia dengan banyak kebudayaan, masyarakat diharapkan mampu dapat saling menghargai. Bukan jika ada kebudayaan yang berbeda dilihat sebagai sebuah kelemahan ataupun kekurangan.
“Ada saja pihak-pihak yang menganggap budaya tertentu lebih tinggi daripada budaya lainnya yang berujung pada upaya penyeragaman Budaya tentu saja kita tidak menginginkan penyeragaman budaya karena keragaman seni adalah kekayaan Indonesia,” sambungnya.
Memahami perubahan media dan budaya media digital kita makin cepat dan terbuka dalam menampilkan keragaman budaya yang ada semua orang kini bisa berperan menjadi jurnalis warga yang melaporkan informasi dan mengangkat adat budaya dari Sabang sampai Merauke.
Dalam perspektif budaya prosesi harus dilihat dengan kejernihan perbedaan tradisi. “Jadi bukan dipertentangkan teknik pelaksanaannya ataupun betapa mahalnya biaya upacara tersebut. Penghargaan atas budaya yang berbeda inilah modal utama dalam kompetensi kompetensi memahami perubahan media dan budaya,” jelasnya.
Membangun multikulturalisme di dunia digital dengan menghormati budaya lain sebagai produk yang patut untuk diapresiasi. Tidak menganggap budaya sendiri lebih baik dari budaya lain. Dan harus memperkaya pengetahuan tentang budaya lain dan membagikannya ke dunia digital.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Subang, Jawa Barat, Jumat (25/6/2021) ini juga menghadirkan pembicara Firman Surya (Relawan TIK Indonesia), Farid Zamroni (Presidium Mafindo), Erick Gafar (Privasi Campaigner ICT Watch), dan Key Opinion Leader Indi Arisa.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.