Kebutuhan tumbuh kembang anak yang paling dasar untuk fisik dan biologis anak perlu nutrisi yang cukup, imunisasi demi kesehatannya, kebersihan diri dan lingkungan, kesempatan bermain dan beristirahat.
Anak juga butuh kasih sayang, rasa aman dan nyaman untuk merasa dilindungi diperhatikan, diberi contoh, didorong, dihargai melalui pola asuh yang demokratis. Kebutuhan pokok stimulasi anak diberi kesempatan untuk mengeksplorasi lingkungannya melalui berbagai aktivitas yang melibatkan panca indranya.
Jika kita melihat bagaimana lingkungan terbentuk terutama di era digital, harus memperhatikan praktek-praktek perkembangan yang saat ini sudah membentuk anak. Bagaimanapun caranya setiap orang tua memiliki tahapan-tahapan atau cara-cara strategis sendiri untuk membentuk lingkungan positif di era digital. Menurut Lilik Yulianah, praktisi pendidikan, yang harus diperhatikan adalah kesesuaian usia, bagaimana anak itu secara individual dan seperti apa sosial budayanya.
Digital media membawa efek sangat signifikan di dalam kehidupan. Negatifnya yang dapat dirasakan bagaimana hoaks merajalela, informasi yang tidak bisa kita bendung juga adiksi dari media digital itu sendiri yang membuat terkadang kita lupa akan kegiatan di luar jaringan.
Namun marilah kita cari kekuatan, bagaimana cara untuk membentuk budaya dalam masyarakat. Orang tua memiliki kesempatan untuk anak-anak, para generasi Alfa atau generasi Z ini untuk mengeksplor untuk mengenal berbagai macam.
“Sebagai orang tua kita harus melihat dua sisi positif dan negatif. Positif dari digital media ini adalah kita bisa dengan mudah belajar kemampuan baru, berkomunikasi yang lebih baik lagi, mesempatan untuk berbisnis dan mendapatkan informasi real time,” ungkapnya saat menjadi pembicara dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (27/7/2021) pagi.
Pahami anak sebagai generasi digital dan orang tua sebagai imigran di digital. Anak-anak generasi masa kini merupakan generasi digital native yaitu mereka yang sudah mengenal media elektronik dan digital sejak lahir.
Bagi digital immigrant dunia nyata lebih penting daripada dunia maya. Sementara itu bagi digital native dunia maya sama pentingnya dengan atau lebih penting daripada dunia nyata.
Kesenjangan di antara dua kelompok digital antara lain terkait pengalaman Indra dalam berkomunikasi interaksi online dapat dianggap sebagai perilaku yang belum memadai bahkan tidak normatif untuk urusan tertentu. Penggunaan media digital sesuai usia dan tahap perkembangan anak.
“Orang tua dan anak memerlukan kesepakatan seputar penggunaan media digital bukan untuk memproteksi anak, tapi untuk memberikan keterampilan yang tepat pada saat anak terpapar oleh informasi dari media. Karena orang tua tidak mungkin selalu dapat mengawasi,” jelas Ketua RTIK Tulungagung ini.
Maka orang tua diharapkan mampu melindungi anak-anak dari ancaman era digital tetapi tidak menghalangi potensi manfaat yang bisa ditawarkannya. Terlebih di saat pandemi ini digital adalah sebuah keniscayaan.
Bagaimana menumbuhkan jiwa kemampuan cakap digital bagi anak-anak. Terdapat, cerdas, kreatif dan produktif cerdas pada usia anak 2-10 tahun mampu memanfaatkan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sesuai kearifan lokal atau nilai atau norma yang berlaku kreatif.
Bagi remaja 11-19 tahun mampu menciptakan konten baru dengan perangkat TIK secara cerdas yang berpotensi memberikan manfaat produktif. Untuk dewasa ke atas lebih dari 19 tahun menerima dan memberi manfaat moril dan materiil dari konten kreatif melalui medium daring secara cerdas.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (27/7/2021) pagi, juga menghadirkan pembicara Enda Nasution (Koordinator Gerakan #BijakBersosmed), Bentang Berliani (Mafindo), Oman Komarudin (RTIK Indonesia), dan Aflahandita sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital