Perbedaan interpretasi informasi di dunia maya sering menimbulkan masalah, khususnya bagi orang-orang dengan kemampuan digital yang masih rendah. Oleh karena itu, sering kali terlihat di dunia maya konten hoaks, ujaran kebencian, hingga isu negatif yang viral.
Sementara itu, apabila ingin mendapatkan kenyamanan berinternet, setiap pengguna harus menerapkan netiket. Salah satu netiket yang harus diingat yaitu bahwa kita tetap berinteraksi dengan manusia di dunia maya. Pengguna yang memperhatikan dan menerapkan netiket juga tidak boleh memberi informasi yang menggiring opini untuk menjelekkan suatu pihak, terlebih jika pengguna memiliki kekuasaan.
“Ketika kita berinteraksi di dunia maya, pastikan ketika kita membagi informasi ke orang lain itu adalah informasi yang berguna. Jangan kita sebarkan sesuatu yang tidak berfaedah. Jadilah pembawa damai dan berada di posisi yang netral,” ujar Vivi Andriyani, Marcomm & Promotion Specialist, selaku pembicara dalam Webinar Literasi Digital di Wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (29/7/2021).
Vivi menyampaikan, praktik netiket yang digunakan sehari-hari biasanya pada email dan media sosial. Netiket dalam berkomunikasi via email di antaranya, mengingat siapa diri kita untuk menghindari penggunaan kata-kata kasar, menggunakan huruf dan tanda baca yang jelas, menulis email dengan singkat, padat, dan jelas, tidak mengirim attach file dengan file besar, serta mengirim email pada waktu yang tepat.
Lanjutnya, Vivi memaparkan terkait etika di media sosial. Dalam paparannya terdapat delapan etika media sosial, yakni:
1. Berhati-hati dalam menyebarkan informasi yang berisi privasi ke publik,
2. Menggunakan etika dan norma saat berinteraksi di media sosial,
3. Hati-hati terhadap orang tidak dikenal,
4. Unggahan media sosial tidak bertentangan dengan SARA,
5. Memanfaatkan media sosial untuk membangun relasi,
6. Cantumkan sumber konten yang diunggah untuk menghargai karya orang lain,
7. Jangan mengunggah sesuatu yang belum jelas sumbernya,
8. Manfaatkan media sosial untuk meunjang proses pengembagan diri.
Menurutnya, pemberitaan dunia maya terlebih di media sosial itu cepat sekali. Bisa berganti dalam waktu sesaat. Kadang kala kita sering sulit untuk memverifikasi mana yang benar mana dan yang salah. Ketika kita posisinya masih belum tahu yang benar dan salah, seharusnya tidak diforward atau bagikan. Terutama pada grup WhatsApp keluarga yang saat ini menjadi tempat penyebaran hoaks.
“Kita bisa mementingkan pengunaan media sosial sebagai pengembangan diri. Misalnya, akun-akun belajar. Lebih baik kita manfaatkan media sosial kita untuk hal-hal baik yang bisa menunjang kita di masa depan,” tutup Vivi.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (29/7/2021) juga menghadirkan pembicara, Monica Eveline (Digital Strategist Diana Bakery), Seno Soebekti (Pembina Olimpiade Sains Nasional Bidang Matematika), Roky R. Tampubolon (Praktisi Hukum), dan Lady Kjaernett.