Transformasi digital atau perpindahan menuju online membuat banyak yang beranggapan, kebutuhan pokok zaman sekarang bertambah selain sandang, pangan dan papan ada tambahan gawai, kuota dan listrik menjadi kebutuhan pokok. Lain rasanya jika tidak ada kuota, hidup terasa hampa gawai secanggih apapun tidak bisa berfungsi tanpa adanya data.
Begitu juga dengan listrik kalau gawai kehabisan daya tidak bisa diisi ulang. Hal tersebut bisa juga dikatakan sebagai dampak negatif dari banyaknya penggunaan internet khususnya media sosial.
Namun yang jelas, semakin banyak masyarakat yang sangat tergantung dengan kehidupan di ruang digital. Munculnya kecemasan yang disebut dengan FOMO (Fear of Missing Out) pola perilaku anak muda yang selalu merasa khawatir berlebihan dan merasakan ketakutan akan tertinggal tren yang sedang berjalan.
“Kalau ada challenge atau barang, makanan yang sedang hits mereka harus merasakan. Bukan hanya sekadar penasaran namun juga untuk kepentingan konten. Memposting tren tersebut juga sebuah kewajiban,” ungkap Defira Novianti Crisandy, Ketua RTIK kota Sukabumi dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (4/8/2021).
Akibat dari FOMO beberapa kasus di bawah ini tidak baik untuk ditiru. Melakukan prank agar viral, ingin bikin hiburan prank malah berlebihan seperti memberi paket sampah yang berujung dijebloskan ke penjara. Penyebaran video asusila seorang artis berakibat di harus mendekam di penjara. Kejahatan di dunia luar jaringan seperti penculikan juga akibat dari terlalu membuka diri di ruang digital.
Ada juga JOMO (Joy of Missing Out) perasaan tidak peduli karena tidak melakukan atau mengikuti tren tertentu. Mereka ini orang-orang yang ingin jauh dari tren sampai tidak minat masuk ruang digital, tidak ingin punya media sosial atau belajar digital skill.
“Seperti ini juga tidak baik, tidak suka dengan perubahan-perubahan karena bagaimanapun juga kita harus mengikuti perubahan. Beradaptasi apalagi di dunia digital ini banyak sekali peluang. Bukannya meninggalkan internet namun hanya membatasi, karena sangat disayangkan jika tidak memanfaatkan peluang yang ada pada internet,” ungkapnya.
Padahal media digital ini sebenarnya bisa digunakan untuk hal-hal yang sangat positif bahkan membantu banyak sekali orang-orang yang membutuhkan. Video-video viral yang menggugah hingga netizen rama-ramai membantu. Inilah sebenarnya sifat asli dari masyarakat Indonesia yang sebenarnya juga bisa dibawa ke ranah digital. Bagaimana sifat gotong royong yang menjadi ciri khas dari masyarakat Indonesia sesuai dengan pengamalan Pancasila sila ke-5.
Nilai-nilai kebaikan itu yang biasa dilakukan di luar jaringan dapat dibawa ke dunia digital bahkan dunia kita bisa efek lebih besar. Seperti belum lama ini ada tukang bangunan yang diusir karena tidak menggunakan masker saat PPKM berlangsung. Dia masih tetap bekerja di luar rumah akhirnya tukang bangunan itu diberi pekerjaan dan uang santunan oleh salah satu konten kreator terkenal di Indonesia.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Sukabumi, Rabu (4/8/2021) juga menghadirkan pembicara Michael Sjukrie (fotografer Underwater), Aditianata (dosen universitas Esa Unggul), Fikri Muhammad Hakim (Senior Manager Safety), dan Tanisha Zharfa sebagai Key Opinion Leader.